Senin, 13 Januari 2014

Balada Milan IV: Berardi 4, Milan 3. Efek Domino Hemat

Balada Milan IV

Berardi 4, Milan 3: Efek Domino Hemat

Milan memberi harapan akan terulangnya memori Indah musim lalu sehabis Natal, kala berhasil unggul dua gol dalam waktu singkat saat menghadapi Sassuolo, beberapa jam yang lalu. Apa lacur, Domenico Berardi kesetanan, melakukan comeback dan membuat Sassuolo unggul atas Milan. Dengan mencetak quattrick di papan skor, Berardi seolah seorang diri menghajar Kaka cs. Hilang sudah kesabaran fans Milan. Terkubur sudah harapan akan mengulang memori musim lalu. Milan tak berdaya menghadapi sebuah tim yang sebenarnya sedang berjuang meraih salvalezza, posisi aman di Serie A musim ini.

Well, dimulai dari jalannya pertandingan. Lagi lagi, Bonera menjadi lubuk di lini belakang Milan. Dua gol Berardi diakibatkan ketidakmampuan bek senior ini mengatasi kemampuan Berardi. Berduet dengan Zapata, keduanya kembali kepada kelasnya sebagai pemain medioker. Hmm, tidak afdol menyalahkan keduanya. Justru Allegri yang bertanggung jawab atas hal ini. Alih-alih memainkan Mexes dan Rami, yang menjadi bek timnas Prancis, Alle malah memasang kedua pemain tersebut. Komunikasi buruk di lini belakang oleh keduanya menjadi jalan Sassuolo menghajar Milan. Di lini tengah, “kegilaan” Allegri memasang Nocerino yang flop dalam dua tahun terakhir, dan menduetkannya dengan Cristante yang masih memainkan dua laga Serie-A sepanjang hidupnya berakhir menjadi bencana. Ketika menghadapi lawan yang sedang bangkit, mental keduanya menghadapi tekanan tinggi drop sehingga merusak pola permainan. Allegri berjudi dengan memainkan keduanya, mengabaikan Montolivo.

(Domenico Berardi menghukum Milan dengan empat golnya, dan membawa Sassuolo menjauh dari zona degradasi)


Ditarik lebih jauh lagi, beberapa pihak berpandangan ini bukan semata kesalahan Allegri. Beberapa berpandangan ini adalah akibat kesalahan gagal mendatangkan pemain berkelas. Sebenarnya, agak klise mengatakan masalah di Milan adalah masalah kurangnya pemain berkelas. Justru yang terlihat saat ini, pemain Milan silih berganti masuk ruang ganti perawatan. Cedera tak bisa dipungkiri sebagai salah satu penyebab Milan sulit konsisten beberapa musim terakhir. Menyalahkan tim medis? Hmm, terlalu naif. Menyalahkan metode latihan? Hmm, berarti kita membenarkan testimoni Alex Pato dan beberapa pemain yang sudah keluar dari Milan, yang menyatakan training di Liga Italia memang berat, tak terkecuali di Milan. Apalagi faktanya Allegri justru mengandalkan pemainnya memiliki fisik prima dan lebih menyukai pemain-pemain seperti ini ketimbang pemain dengan skill intiligensi baik namun tak sepower gelandang badak. Istilah kerennya, Allegri lebih menyukai gelandang kuli air berdasi.

Well, dalam pandangan saya, Allegri bukan pelatih yang buruk. Hanya saja, He isnt the right man on the right place. Ya, Allegri tidak cocok melatih Milan. Mulai dari hal nonteknis seperti sejarah, pengalaman, kultur Milan tidak dimiliki oleh Allegri. Dalam hal teknis, Allegri juga sering membuat keputusan aneh dalam pemilihan pemain di lapangan, pergantian pemain, hingga memainkan pemain di luar posisi aslinya. Well, sebenarnya satu kalimat di awal sudah menjelaskan semuanya. Allegri memang tidak cocok dengan Milan. Namun, kenapa Allegri masih bertahan di Milan? Hmm, hanya Galliani yang mempunyai alasan atas hal ini.

(Allegri, tak cocok dengan Milan dan filosifinya)


Mari kita tarik lebih jauh lagi. Galliani meyakinkan Berlusconi untuk mempertahankan Allegri di awal musim ini. Well, yang ada dipikiran Galliani sederhananya adalah memecat Allegri berarti membayar konpensasi yang tidak sedikit. Di sisi lain, Allegri berhasil membawa Milan ke peringkat tiga besar. Ironis memang, karena sebenarnya Milan tidak begitu impresif setengah sisa musim lalu. Milan terbantu pesaing-pesaingnya seperti Lazio, AS Roma, dan Fiorentina yang mulai kehabisan bensin dan mulai membuang kesempatan meraih poin. Apa yang terjadi di Milan saat ini jelas sudah diprediksi banyak pihak. Sekali lagi, Allegri bukan pelatih yang tak bagus, hanya saja tidak cocok dengan Milan, dan itulah stigma yang berusaha diubah oleh Galliani.

(Galliani mempertahankan Allegri karena menolak membayar kompensasi?)


Konsep hemat ini sudah diusung Galliani sejak dulu dan menjadi senjata pamungkasnya untuk berkelit mengenai penjualan pemain bintang, hingga terakhir mempertahankan Allegri hanya karena tidak mau membayar pesangonnya. Berhemat itu hal baik yang tidak membaikkan. Lihat berapa harga mahal yang harus dibayar Milan untuk sebuah kata hemat? Milan hampir pasti kehilangan kesempatan untuk bermain di Liga Champions musim depan, yang artinya kehilangan puluhan juta euro. Urung membeli pemain berkelas, Galliani mengisi skuad Milan dengan pemain-pemain gratis atau murah meriah yang gagal beradaptasi dengan kultur Milan yang menginginkan “You should play, act, breath like a cham, because Milan is a champion.”

(Nocerino, ketika harga tidak pernah berbohong)


Hemat memang pedang bermata dua. Hemat adalah hal baik yang tidak membaikkan. Saya teringat akan quote seorang motivator yang mengatakan, “Berhemat tidak baik. Hemat hanya membuat kita membatasi diri kita untuk berbuat lebih. Seorang yang hemat, akan mampu mengelola keuangan dengan baik dengan budget yang ada. Seorang yang cerdik, dia akan berusaha menambah pendapatannya dengan berbagai kreativitas, sehingga tidak perlu kuatir dengan apapun dan membatasi dirinya akan hal-hal yang baik. Real Madrid, Chelsea, Bayern tidak pernah berhemat, namun tidak pernah mengalami bangkrut. Ya, mereka mengakali dengan mengusahakan pendapatan sebesar-besarnya. Yang terjadi di Milan saat ini adalah efek hemat dari hemat itu sendiri.

Masih berkelit dengan kata hemat, Galliani?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar