Kamis, 03 April 2014

[Kolom] Kaburnya Batas Antara Impian, Beasiswa, dan Industrialisasi Sepakbola



Kolom Edisi II April 2014 Daniel Oslanto

Barcelona Dihukum FIFA Terkait Transfer Ilegal 10 Pemain Muda di bawah Umur

Kaburnya Batas Antara  Impian, Beasiswa, dan Industrialisasi Sepakbola


Sepakbola sebagai olahraga paling terkenal di dunia tentunya menjanjikan banyak hal bagi setiap elemen yang terlibat di dalamnya, terlebih para aktor lapangan hijau. Ketenaran, kemegahan, bayaran yang luar biasa menjadi daya tarik bagi para pelakon permainan si kulit bundar. Sepakbola bukan lagi sekedar permainan, sepakbola juga menjadi sebuah lahan industri dimana jutaan orang menggantungkan harapan akan kehidupan, seperti dunia media, teknologi, hingga perusahaan dunia penyedia appereal bagi klub-klub. Daya tarik sepakbola inilah yang sangat kuat sehingga tidak sedikit anak-anak di dunia ini ingin menjadi seorang pesepakbola profesional. “Saya adalah orang paling beruntung di dunia ini karena dibayar untuk melakukan apa yang menjadi kesenangan (hobi) saya, dimana orang akan melakukannya secara cuma-cuma” ujar Jakub “Kuba” Blaszczykowski, pemain Borussia Dortmund dan Internasional Polandia dalam sebuah kesempatan mengenai seberapa pentingnya sepakbola dalam kehidupannya. 

Sepakbola bukan lagi sebuah permainan, sepakbola juga tumbuh dan berkembang menjadi impian anak-anak. Jakub Kuba hanyalah satu dari jutaan pesepakbola yang memilih sepakbola sebagai jalan hidup dikarenakan sepakbola menawarkan sesuatu yang akan selalu menjadi impian mereka sedari kecil. Tak ayal bila pada akhirnya, sepakbola tidak akan pernah kehabisan sumber daya. Milyaran anak kecil memainkan sepakbola dan jutaan bermimpi untuk menjadi seorang pesepakbola profesional, sekalipun harus menghadapi “seleksi alam” di dunia sepakbola. Bak gayung bersambut, para klub profesional pasti membuka akademi untuk para pemain muda, agar bisa mengembangkan bakatnya dalam bermain sepakbola.
 (Akademi sepakbola menjadi fasilitator anak dibawah umur mendekati impiannya. Credit : footballakademi)

Klub-klub besar dunia tak kalah agresif mengenai mencari bakat-bakat muda terbaik di seluruh dunia  dengan membangun cabang akademi sepakbola mereka di berbagai belahan dunia. Barcelona, Madrid, Manchester United, Arsenal, memiliki akademi sepakbola yang tersebar di berbagai negara di dunia. Puluhan ribu talent scout bertebaran untuk memantau bakat-bakat yang akan dibawa ke dalam dunia sepakbola. Dan disinilah letak persoalan yang terjadi. Klub-klub besar bisa mengangkut para bakat terbaik dari seluruh penjuru dunia, seolah mengabaikan bahwa mereka adalah anak kecil di bawah umur yang masih membutuhkan orangtuanya untuk mendampingi mereka hingga berusia matang (dalam hal ini berumur 18 tahun) untuk memutuskan sesuatu yang menentukan kehidupannya kelak. Berbagai cara diusahakan. Dimulai dari beasiswa pendidikan, biaya hidupnya dengan orangtua selama menimba ilmu sepakbola, hingga memberikan pekerjaan kepada orangtua si anak. Semua cara ini bukanlah hal yang baru dalam melobi pemain muda. Hal ini tidak menyalahi aturan yang melarang mempekerjakan anak di bawah umur. Namun, benarkah bahwa mengiming-imingi semua itu kepada seorang bakat muda, bukan sebuah persoalan yang berarti karena klub bukan memperlakukan seorang pemain muda seperti pekerja profesional?  Bukankah setiap pemain muda di bawah umur akan dibebani dengan standard/ aturan berlatih, bermain, dituntut beradaptasi dengan bahasa asing dan budaya asing dengan baik layaknya seorang profesional. Well, obviously, they just children.

FIFA Mengambil Jalan Tengah

Ambisi para klub elit dunia untuk tetap kompetitif dalam dunia sepakbola tentulah sangat besar. Sayangnya, dengan  mengandalkan transfer pemain dari klub lain untuk memperkuat klub bisa menguras kantong klub dengan teramat dalam. Opsi pembinaan pemain muda di akademi sendiri menjadi sebuah solusi logis. Akademi klub diharapkan bisa menyuplai bakat-bakat siap pakai untuk kebutuhan klub, dan tentunya biaya untuk hal ini jauh lebih kecil ketimbang untuk membeli pemain dari klub lain. Opsi lain yang lebih menarik adalah dengan memantau anak anak berbakat dengan bantuan talent scout yang dipekerjakan oleh klub. Klub akan bergerak setelah pemandu bakat mendapatkan data statitik kemampuan si pemain, dengan menawarkan sejumlah opsi seperti yang di atas, beasiswa hingga lapangan pekerjaan bagi sang orangtua.

FIFA menengahi masalah transfer Internasional pemain dibawah umur oleh klub. Sesuai dengan aturan regulasi transfer yang dikeluarkan oleh FIFA, salah satu subbabnya adalah mengenai transfer Internasional pemain di bawah umur, pada pasal 19 yang berbunyi :

(ayat 1) Transfer Internasional pemain hanya diijinkan jika pemain bersangkutan sudah berumur 18 tahun ke atas.

(Ayat 2) Tiga pengecualian atas aturan (ayat1)
a)      Orangtua pemain pindah ke negara di mana klub barunya berlokasi, dan dengan alasan yang tidak berhubungan dengan sepakbola
b)      Transfer terjadi dalam wilayah Uni Eropa (EU) atau Area Ekonomi Eropa (EEA) dan pemain berusia antara 16 dan 18.
-Menyediakan pemain dengan pendidikan sepakbola yang memadai atau pelatihan dengan standar nasional tertinggi
-Menjamin pendidikan akademik si pemain, di samping pendidikan sepakbola, yang memungkinkan pemain untuk mengejar karir lain selain sepakbola yang membuatnya berhenti dari bermain sepakbola secara profesional.
-Memastikan pemain mendapatkan hal yang paling baik (Standart hidup terbaik dengan keluarga angkat atau penginapan di klub, penunjukkan mentor di klub, dll).
-Dalam pendaftaran pemain, harus diperlihatkan asosiasi yang relevan dengan bukti semua kewajiban di atas.
c)       Pemain tinggal tidak lebih dari 50 KM batasan nasional dan klub yang ingin dituju si pemain dalam asosiasi tetangganya juga berada dalam batasan 50 KM. Jarak maksimum antara domisili pemain dengan markas klub harus 100 KM. Dalam kasus tersebut, pemain tersebut harus tinggal di rumah dan dua asosiasi yang bersangkutan harus memberikan persetujuan eksplisit mereka.

(Ayat 3) Kondisi artikel ini juga berlaku bagi setiap pemain yang belum pernah terdaftar dalam sebuah klub dan bukan berkewarganegaraan dari negara (klub) yang dia ingin daftarkan/tuju untuk pertama kali.

(ayat 4) Setiap Transfer Internasional sesuai dengan ayat 2 dan setiap pendaftaran pertama kali berdasarkan ayat 3 adalah tunduk pada persetujuan dari sub-komite yang ditunjuk oleh Komite Status Pemain. Permohonan persetujuan diajukan oleh asosiasi yang ingin mendaftarkan pemain. Mantan asosiasi (pemain) harus diberikan kesempatan untuk menyerahkan posisinya. Persetujuan subkomite harus diperoleh sebelum setiap permintaan dari asosiasi untuk sertifikat Transfer Internasional. Setiap pelanggaran ketentuan ini akan dikenakan sanksi oleh Komite Disiplin sesuai dengan Kode Disiplin FIFA. Sebagai tambahan ke asosiasi bahwa kegagalan pengajuan, sanksi dapat dikenakan pada mantan asosisasi (si pemain) karena mengeluarkan sertifikat transfer Internasional tanpa persetujuan dari subkomite, serta pada klub yang mencapai kesepakatan transfer di bawah umur.

(ayat 5) Prosedur untuk menerapkan pendaftaran dan transfer Internasional pemain di bawah umur ke sub-komite terkandung dalam lampiran 2 peraturan ini (Aturan Regulasi FIFA).

Dengan adanya aturan transfer pemain di bawah umur, FIFA menginstruksikan setiap klub untuk berhati-hati dalam melakukan transfer pemain di bawah umur. Barcelona dan Asosiasi sepakbola Spanyol dihukum karena melanggar aturan transfer FIFA ayat 19 yang dipaparkan di atas. Perbedaan regulasi menjadi salah satu penyebab seringnya terjadi transfer pemain yang kontroversial. Inggris memperbolehkan pemain diberikan kontrak kerja di  usia 16 tahun, sementara di negara dengan sepakbola wahid lainnya memperbolehkan mengontrak pemain pada usia 18 tahun.

 Barcelona pernah kehilangan Cesc Fabregas didukung karena perbedaan regulasi. Arsenal di bawah Wenger menjamin bermain di tim utama Arsenal kepada Fabregas, yang pada akhirnya memilih meninggalkan Spanyol, ketimbang bertahan sampai umur 18 tahun dan bergabung dengan Arsenal. Arsenal hanya membayar 500.000 pounds dan kemudian menjualnya kembali ke Barcelona dengan paket senilai 40 juta euro. Demikian dengan kisah Federicho “Chico” Macheda. Macheda “diculik” oleh Manchester United pada usia 16 tahun dengan membayarkan sejumlah kompensasi kepada Lazio. Lazio yang ingin mempertahankan Macheda, tidak bisa memberikan kontrak kerja terlebih MU menawarkan “paket lain” kepada orangtua Macheda, yang tentunya tidak bisa ditolak oleh mereka. Demikian juga kasus Gael Kalkuta yang direkrut Chelsea dari Brest, yang mengundang kontroversi.

Sepuluh pemain di bawah umur yang ditransfer “ilegal” oleh Barcelona adalah Lee Seung Woo (under-16s), Paik Seung Ho (under-18s), Chan Kyul Hee (under-16s), Theo Chendri (under-18s), Bobby Adekanye (under-16s), Patrice Sousia (under-14s), Giancarlo Poveda (under-14s), Andrei Onana (under-18s) and Maxi Rolón (under-18s), dan yang kesepuluh adalah Antonio Sanabria, yang sekarang sudah menjadi milik AS Roma dan dipinjamkan ke Sassuolo. Lee Seung Woo menjadi inti dari semua kehebohan transfer dibawah umur Barcelona, seorang bocah menjanjikan, tetapi akankah ini bermanfaat?

(Lee Seung Woo, satu dari pemain dibawah umur yang membuat Barcelona terjerat masalah transfer Internasional pemain di bawah umur. Credit: Theworldscout)


Seleksi Alam Pemain Muda

Arsene Wenger hanya mengeluarkan 1 juta pounds untuk merekrut Alexander Song dari Bastia, sebuah klub Prancis, sebelum memolesnya dan menjualnya ke Barcelona dengan nilai 15 juta Pounds. Wenger hanya memerlukan 3 juta pounds untuk merekrut Emmanuel Adebayor dari AS Monaco, sebelum akhirnya menjualnya ke Manchester City dengan nilai 25 juta pounds. Wenger menjual Nasri seharga 24 juta pounds ke Manchester City, dua kali lipat dari harga saat Wenger membelinya dari Marseille. Manchester United membajak Giuseppe Rossi dari Akademi Parma dan melegonya ke Villareal dengan nilai 10 juta euro. Ini adalah segelumit contoh perpindahan pemain muda ke klub besar hingga akhirnya bisa dilego dengan harga yang menjanjikan.

Bisnis transfer pemain muda ini menjadi salah satu primadona bagi banyak klub besar, tak terkecuali Barcelona. Barcelona berhasil menelurkan bakat-bakat muda bertalenta dari akademinya, La Masia, untuk menghadapi “seleksi alam” di lingkungan Barcelona. Setiap tahunnya, Barcelona akan melakukan seleksi terhadap pemain-pemain mudanya untuk dipromosikan ke tim utama. Bilamana gagal merebut tempat utama atau tampil reguler, para pemain muda masih berpeluang untuk dipinjamkan atau dilego ke klub lain dengan nilai yang tak kalah menarik. Contoh adalah Giovanni Dos Santos, Bojan Krckic, dua youngster Barcelona yang dilego dengan nilai menarik. Dengan mempertimbangkan kedalaman skuad saat ini, di belakang Gio dan Bojan antri pemain muda bernama Christian Tello, Marc Batra, hingga Gerrard Deulofeu. Pemain muda ini akan menghasilkan sejumlah uang yang akan membantu Barcelona untuk memboyong pemain incaran yang berharga mahal tentunya. Mengingat Barcelona tidak mengeluarkan banyak uang untuk merekrut mereka, maka hal ini akan dipandang sebagai sebuah keuntungan.

Konsep seleksi alam pemain muda di sebuah klub besar memang memberikan keuntungan bagi klub sekaligus memberikan testimoni betapa kuatnyanya sepakbola bertransformasi menjadi sebuah industri dan lahan bisnis. Klub besar tidak mengeluarkan banyak dana untuk membelinya, melakukan “seleksi alam” ketika usianya matang, dengan cara memasukkan ke tim utama klub. Dan bilamana gagal, tidak khawatir karena banyak klub lain yang mau membelinya dengan nilai yang menarik. Mengagumkan. 

So, seberapa jelaskah batasan antara impian seorang bocah muda akan dunia sepakbola, paket beasiswa yang ditawarkan oleh klub yang meminatinya, dengan maksud tersembunyi industrialisasi sepakbola? Well, hampir sulit untuk dibedakan.

Selasa, 01 April 2014

Kolom: April Mop : Transfer Top Rasa Flop

Kolom Daniel Oslanto

April Mop : Transfer Top Rasa Flop

Bulan April pun datang. Hari perdana April atau 1 April lebih dikenal dengan April Fool Day, atau lebih dikenal dengan istilah April Mop.  April Mop adalah sebuah hari dimana orang diperbolehkan membuat lelucon atau berbohong kepada orang lain tanpa dianggap bersalah. April Mop diawali dengan keadaan banyak kisah pada tanggal 1 April yang membuat orang seolah tidak percaya itu adalah sebuah kenyataan, dimulai dari gempa bumi dan Tsunami di Hawai dan Alaska yang menewaskan 165 orang pada tanggal 1 April 1946, Kematian Raja George II dari Yunani pada 1 April 1947, Iran pada tahun 1979 yang menyatakan 1 April merupakan hari republik, yang dianggap lelucon hingga 30 tahun kemudian, hingga peluncuran Google pada April 2004 yang dianggap lelucon karena Google sering merayakan April Mop.
April Mop, transfer top rasa flop. Semejak transfer dibuka pada 1 Juli, berarti sudah sembilan bulan waktu yang dimiliki seorang pemain baru untuk beradaptasi dengan lingkungannya, klub barunya. Bagi pemain yang bergabung sejak Januari, setidaknya sudah memiliki dua bulan lebih untuk merasakan sensasi bersama dengan klub barunya. Uniknya, tidak semua transfer berjalan dengan baik. Sepakbola sudah membuka lembaran baru di bulan April, yang menyisakan beberapa minggu menuju akhir kompetisi. Dan memanfaatkan momen April Mop, cukup cocok untuk membuka lelucon para pemain dengan transfer top rasa flop.

Roberto Soldado (Tottenham Hotspurs)
Belum kelar menjual Gareth Bale ke Madrid, Tottenham sudah menyiapkan ancang-ancang kehilangan Bale. Berbagai pemain didatangkan ke White Hart Lane, kandang Spurs. Salah satunya adalah Roberto Soldado. Striker Internasional Spanyol ini menjadi andalan Valencia dalam dua musim terakhir, dan menjadi salah satu bomber subur di Liga Spanyol. Sempat menawar di angka 20 juta euro, Valencia memilih tidak melepas penyerang andalannya tersebut. Akhirnya, mahar sebesar 30 juta euro atau senilai 26 juta poundsterling berhasil meluluhkan hati petinggi Valencia. Kedatangan Soldado tentunya diharapkan menjadi jawaban untuk lini depan Spurs, yang termasuk pengoleksi produktivitas rendah. Apa daya, Soldado seolah kehilangan sentuhannya, dan membukukan 4 gol dari titik putih di laga-laga awal bersama Tottenham. Posisinya bahkan sempat tergeser oleh ketajaman Adebayor. Dalam tiga pertandingan terakhir, Soldado kembali diturunkan sebagai pemain inti, namun seperti yang diduga, pemain asal Spanyol ini masih bermain di bawah rata-rata dan gagal mencetak gol.

(Tottenham mengeluarkan 30 juta euro untuk mendatangkan Soldado. Credit: Times)


Erik Lamela (Tottenham Hotspurs)
Bila ada pemain yang paling useless musim ini, maka sang pemain itu bernama Erik Lamela. Erik Lamela termasuk salah satu dalam mega proyek Tottenham Hotspurs dalam mendatangkan pemain. Tidak tanggung-tanggung, Tottenham harus merogoh kocek sebesar 35 juta euro untuk membelinya dari AS Roma pada bursa transfer musim panas lalu. Pemain asal Argentina ini menjadi salah satu transfer terburuk musim ini, dimana Lamela hanya mencicipi beberapa laga saja musim ini. Selain gagal konsisten bermain, musuh utama Lamela musim ini adalah cedera berkepanjangan yang melilitnya. Tak ayal, dana sebesar 35 juta euro yang di keluarkan oleh Tottenham seolah tiada artinya. Lamela menjadi salah satu lelucon transfer musim ini.

(Tottenham mengeluarkan 35 juta euro untuk membawa Lamela ke White Hart Lane. Credit : Metro UK)


Mesut Ozil (Arsenal)
Mendengar nama Mesut Ozil, tentu saja tidak asing bagi para penikmat sepakbola. Pemain Internasional Jerman ini menjadi salah satu fenomena transfer termahal yang ada di musim ini. Pada akhir Agustus tahun lalu, Arsenal merogoh kocek hingga 45 juta euro untuk mendaratkan Ozil dari Real Madrid ke Emirates Stadium, kandang Arsenal, sekaligus tercatat sebagai transfer masuk termahal Liga Inggris musim ini. Pada awal bersama Arsenal, Ozil tampil memukau hingga akhir tahun. Memasuki awal tahun 2014, Ozil mulai kehilangan pakem performa terbaiknya, dikarenakan kelelahan akibat jadwal padat dan cedera yang mulai mengganggunya. Arsenal yang sempat perkasa di periode awal Liga Inggris, mulai tertinggal dari rivalnya dalam perebutan gelar juara Liga Inggris. Di musim sebelumnya, Arsenal gemar menjual pemain bintangnya dan konsisten duduk di empat besar Liga Inggris. Musim ini, Arsenal mempertahankan para pemain bintangnya dan mendatangkan  bintang bernama Ozil.  Bilamana Arsenal tetap duduk di empat besar musim ini, seperti sebelumnya, tidak salah menyebut bahwa Ozil termasuk gagal di Arsenal.

(Kontribusi Mesut Ozil belum membawa Arsenal menjadi salah satu tim ditakuti di Liga Inggris. Credit : Telegraph)


Edison Cavani (PSG)
Dengan mahar sekitar 53 juta euro, Cavani adalah satu transfer termahal di musim ini. Sayangnya, Cavani bukan menjadi aktor pertama keperkasaan PSG. Adalah Zlatan Ibrahimovic yang menjadi kunci keperkasaan PSG musim ini. Tidak sekedar menjadi pembeda, gol-gol Ibrahimovic membawa PSG sekarang nyaman di puncak klasemen Liga Prancis dan masih bertahan di Liga Champions. Selain itu, Cavani juga dililit cedera sehingga tidak bisa bermain di beberapa partai.

(Kontribusi Cavani belum sebanding dengan nilai 53 juta euro untuk memboyongnya ke Paris. Credit : Yahoo)


Ini adalah segelumit pemain dengan transfer top rasa flopdi bulan April. Harga mereka yang mahal seolah telah “membohongi” klub yang meminang mereka. Memang ungkapan “Harga tidak pernah berbohong” pada umumnya berlaku dalam dunia transfer sepakbola. Tidak ada seorangpun yang meragukan kemampuan dan pencapaian nama di atas, hanya saja perpindahan yang membuat performa mereka tidak semengilap yang dulu memang menjadi lelucon sepakbola musim ini. Happy April Mop, football lovers.

Jumat, 28 Maret 2014

[Preview: Arsenal vs Manchester City] Balas Dendam Terlogis



Jelang Laga Arsenal vs Manchester City

Emirates Stadium, 29 Maret 2014

Balas Dendam Terlogis

Misery Week. Minggu penderitaan, mungkin itulah kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan perasaaan para penggawa Arsenal dan sang Monsieur, Arsene Wenger. Pada laga kontra Chelsea di Stamford Bridge pada tanggal 22 Maret 2014, Arsenal secara mengejutkan digebuk hingga babak belur dengan skor 6-0. Pada laga tengah pekan, kemenangan yang di depan mata buyar pada menit terakhir setelah Flamini membuat gol bunuh diri, yang mengakibatkan laga berakhir imbang 2-2. Secara matematis, pasukan Wenger sudah kehilangan 5 poin krusial yang seogiyanya dapat digunakan untuk mempertahankan momentum mereka di papan atas dalam menjalani pertarungan merebut gelar juara Liga Inggris. Bilamana masih ingin diperhitungkan dalam perebutan gelar juara Liga Inggris musim ini, Arsenal tidak punya pilihan selain memenangi laga akhir pekan ini.

Sialnya, lawan yang dihadapi pada partai ini adalah Manchester City, rival yang sedang dalam performa terbaiknya. Setelah membekuk Fulham 5-0, City membekuk saudara tuanya, Manchester United dengan skor 3-0. Keberhasilan ini tentunya meningkatkan momentum The Citizen, julukan Manchester City untuk segera mengkudeta Chelsea dari puncak klasemen. Kampanye mengkudeta  Chelsea akan dilanjutkan di partai ini. Dengan memiliki keunggulan dua laga yang belum dimainkan, kemenangan atas Arsenal pekan ini tidak hanya menjaga momentum mereka, tetapi juga mengeliminasi Arsenal secara moral dari perburuan gelar juara Liga Inggris.

Arsenal yang tidak memiliki pilihan selain menang untuk menjaga peluang menjuara Liga Inggris tentunya dihadapkan pada misi yang tidak mudah. Statistik berbicara bahwa Arsenal mencatatkan hasil 11 kemenangan, 5 hasil imbang dan hanya sekali kekalahan dari 16 laga teranyar yang digelar kandang mereka, Emirates Stadium. Itu berarti dalam periode tersebut, Arsenal mencatatkan persentase kemenangan sebesar 79,1%. Sementara itu, City mencatatkan 11 kemenangan, 3 imbang dan 2 kekalahan dari 16 laga tandang teranyar mereka. Sebuah catatan yang tak kalah impresif. Laga ini mempertemukan tim dengan statistik terbaik di laga kandang dan tandang, yang mana menjadi garansi bahwa laga ini menarik. Faktor terakhir yang semakin memanaskan laga ini adalah kenyataan bahwa City mempermalukan Arsenal di laga pertama musim ini dengan skor 6-3. Laga ini bukan sekedar laga untuk mengembalikan moral para pemain Arsenal, namun juga cara balas dendam terlogis yang dimiliki Arsenal.

Dilema Pellegrini

Menghadapi Arsenal, Pellegrini diuntungkan dengan beberapa kondisi terakhir kedua tim. Di sisi timnya, Pellegrini akan menyambut kembalinya salah satu striker terbaiknya, Sergio Aguero. Memainkan Aguero tentunya akan menjadi pilihan baik untuk menaikkan mental rekan-rekannya, namun di sisi lain, memainkan Aguero berarti mengubah skema The Winning Team yang terlihat ganas dalam dua pertandingan terakhir. Nasri, Silva, Yaya Toure, Navas dan Dzeko terlihat impresif dalam dua laga terakhir. Aguero yang bisa bermain di belakang striker jelas mengancam posisi Silva sebagai gelandang serang. Bilamana itu terjadi, maka Silva akan bermain lebih ke sisi sayap permainan, dan menggeser nama Jesus Navas ke bangku cadangan, padahal kecepatan Navas bisa memengaruhi jalannya pertandingan. Hal ini karena Wenger yang tidak bisa menurunkan Lauren Koscielny di lini belakang tidak punya pilihan selain menurunkan sang kapten, Vermaelen. Vermaelen memang jago secara teknik, namun tidak memiliki kecepatan dan kesigapan dalam mengantisipasi pemain cepat seperti Navas. 

 (Edin Dzeko(tengah-biru) menunjukkan performa impresif pada laga teranyar. Credit : Telegraph)


Wenger sendiri masih dipusingkan dengan ketersediaan pemain yang dimilikinya.  Sejumlah pemain inti seperti Koscielny, Ramsey, Ozil, Wilshere, Walcott belum dapat diturunkan pada pertandingan ini. Pilihan yang terbatas mau tidak mau mengharuskan Wenger untuk menggunakan komposisi yang sama dengan pemain yang dimilikinya saat bersua Swansea. Wenger kemungkinan melakukan improvisasi dengan memainkan Podolski untuk menyisir sisi kiri, menggantikan Oxlade yang tidak bermain optimal di laga teranyar, mendukung Cazorla dari sisi kanan. 

Performa terkini dan fakta bahwa City bermain lebih baik jelas memberikan keuntungan bagi Pellegrini. Dipandang dari ketersediaan pemain, Pellegrini jelas sumringah. Namun, kekeliruan dalam menentukan line up dan strategi dikarenakan dilema banyaknya pilihan bisa menjadi fatal. Alih-alih mendominasi laga, City bisa pulang dengan kepala tertunduk. 

Arsenal (4-2-3-1):
1-Szczesny, 3-Sagna, 4-Mertesacker, 5-Vermaelen,  28-Gibbs, 8-Arteta, 20-Flamini, 19-Cazorla, 9-Podolski, 7-Rosicky, 12-Giroud.
Pelatih: Arsene Wenger

Manchester City (4-2-3-1)
1-Hart, 2-Zabaleta, 4-Kompany, 26-Demichelis,  22-Clichy, 25-Fernandinho, 42-Toure, 15-Navas, 8-Nasri, 21-Silva, 10-Dzeko.
Pelatih: Manuel Pellegrini

Selasa, 25 Maret 2014

Preview Derby Manchester: Revans Harga Diri Sang Kakak

Jelang Derby Manchester
Old Trafford, 26 Maret 2014

Revans Harga Diri Sang Kakak

Saat undian babak delapan besar Liga Champions dilakukan, tidak sedikit fans Manchester United tetap percaya bahwa The Red Devils akan tetap melangkah sejauh mungkin di ajang ini, sekalipun lawan yang dihadapi adalah salah satu tim yang paling kuat saat ini. Well, para fans MU tentunya tidak sembarangan sesumbar. Pada pekan ke-30 lanjutan Liga Inggris, MU berhasil menaklukkan salah satu tim yang sangat sulit dikalahkan, terutama bila bermain di depan publiknya sendiri, West Ham United. Tidak sampai disana, MU juga menebar kekaguman dengan mempertahankan cleansheet. Meski tidak didukung oleh salah satu pilarnya, Robin van Persie (RvP), MU tetap tajam dengan mengandalkan sentuhan-sentuhan Rooney.

Pada partai tengah pekan kali ini, MU berhadapan dengan Manchester City, dalam episode Derby Manchester. Derby memang selalu menyajikan sebuah pertandingan berbeda dengan tensi yang tentunya meninggi. Terlebih fakta bahwa MU telah digebuk dengan skor mencolok, 4-1 pada laga Derby pertama di musim ini. Hal ini semakin menguatkan bahwa sang Kakak, MU, akan mencoba revans atas saudara mudanya. Dua kemenangan dalam pertandingan terakhir membuat sang Kakak semakin percaya diri. Terlebih pada faktanya, tiga hari kemudian, Machester City akan melanjutkan lawatan ke Emirates Stadium, untuk menghadapi Arsenal yang juga kandidat juara musim ini. Tentunya hal ini menguras konsentrasi dan energi pasukan The Citizen, julukan Manchester City yang ingin mengkudeta Chelsea dari puncak.

Meski demikian, tak bisa dipungkiri bila sang Adik juga sedang dalam performa terbaiknya. Dalam dua laga terakhir di Liga Inggris, Manchester City berhasil mencatatkan cleansheet, dan mencetak tujuh gol. Citizen yang punya agenda mengkudeta Chelsea dari puncak klasemen, bisa selangkah lebih dekat untuk mewujudkannya dengan memenangi laga ini. Kemenangan di laga ini bisa menjadi morale booster yang besar untuk pasukan Pellegrini demi mempertahankan konsistensi permainan mereka, terlebih dalam menghadapi Arsenal yang juga kandidat juara, di Emirates Stadium, tiga hari setelah pertandingan ini berlangsung.
Laga ini dipastikan berlangsung dalam tensi tinggi demi kepentingan kedua tim. Berstatus sebagai tim tuan rumah, ini adalah kesempatan bagi Manchester United untuk revans harga dirinya atas saudara mudanya.


Beda Misi, Beda Kepentingan

Menilik fenomena “nyeleneh” musim ini, dimana MU dan City seharusnya berada dalam perebutan gelar juara Liga Inggris, publik tentunya dihadapkan pada adaptasi MU dengan sang manager, David Moyes yang tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi. MU telah keluar dari persaingan gelar juara musim ini. Jangankan berbicara soal gelar juara, ada 11 angka yang memisahkan MU dengan peringkat 4 klasemen sementara yang mendapat tiket terakhir menuju pagelaran Liga Champions musim depan. Kampanye Moyes untuk mengamankan posisi empat harus diawali dari pertandingan kali ini. Moyes sendikit lega mengingat hilangnya RvP bisa ditutupi dengan permainan Rooney yang kembali ciamik. Mata mulai padu dengan permainan United, demikian juga dengan Welbeck yang mulai mendapatkan kembali formnya.

Jika MU berusaha untuk mendapatkan posisi empat besar, The Citizen sendiri memiliki misi lain. City kudu mempertahankan performa gemilangnya untuk mendekatkan diri dengan pemuncak klasemen. Salah satunya adalah mencoba mengulang kesuksesan menggebuk MU di pertandingan pertama. Kemenangan akan mereduksi gap Manchester City dengan pemuncak Klasemen, Chelsea yang tidak akan bertanding tengah pekan ini. Manchester City bisa jadi berharap pada ketajaman Yaya Toure untuk memetik kemenangan. Gelandang asal Pantai Gading ini tidak hanya mencetak hattrick pada pekan lalu, tetapi juga masuk dalam scoresheet di Derby sebelumnya. Di tengah belum pulihnya striker Kun Aguero, Yaya Toure bisa menjadi opsi bagus bagi Pellegrini.

Kemenangan untuk MU akan mendekatkan MU dengan Tottenham, tim yang sekasta di atas mereka pada klasemen sementara. Namun di sisi lain, kemenangan untuk City akan semakin mempersulit The Red Devils untuk mendekati posisi keempat. Hasil imbang justru tidak akan menguntungkan keduanya. Kemenangan menjadi harga wajib yang disasar, yang akan menjamin pertandingan ini menarik dan penuh tekanan

Manchester United (4-2-3-1)
1-De Gea, 2-Rafael, 4-Jones, 15-Vidic, 3-Evra, 24-Fletcher, 16-Carrick, 18-Valencia, 26-Kagawa, 11-Mata, 10-Rooney
Manager : David Moyes

Manchester City (4-2-3-1)
1-Hart, 5-Zabaleta, 4-Kompany, 33-Nastasic, 13-Kolarov, 25-Fernandinho, 42-Toure, 15-Navas, 21-Silva, 8-Nasri, 9-Negredo
Manager : Manuel Pellegrini


Sabtu, 22 Maret 2014

Kolom_Drawing babak 8 Besar UCL: Ketika Estadio Da Luz Tak Perlu Menakar Jagoan


Kolom Daniel Oslanto:

Review Hasil Drawing babak 8 Besar UCL


Ketika Estadio Da Luz Tak Perlu Menakar Jagoan


Drawing Liga Champions akhirnya di gelar pada jumat, 21 Maret 2014 pukul 11.00 GMT atau sekitar pukul 18.00 WIB. Pada akhirnya, terjawab sudah siapa yang akan saling berhadapan untuk selangkah lebih dekat menuju partai puncak. Madrid akan bertemu dengan Borrusia Dortmund, dan satu pool dengan Barcelona yang akan bertemu dengan salah satu rivalnya di liga domestik, Atletico Madrid. Bayern Munich, sang juara bertahan akan bertemu dengan Manchester United (MU). Bayern akan satu pool dengan Chelsea yang akan berhadapan dengan PSG. Impresif! Bagi sebagian pengamat, hasil drawing Liga Champions ini cukup memuaskan penikmat sepakbola, karena tim unggulan teratas tidak langsung menciptakan final dini di babak ini. Well, sejauh manakah peluang setiap tim untuk berhasil lolos ke babak berikutnya, hingga berlaga di Estadio Da Luz, venue partai puncak?
Dimulai dari Bayern Munich, sang juara bertahan. Well, The Bavarian akan menghadapi salah satu tim yang “diremehkan” di dalam babak ini. Tak mengherankan, karena kelolosan MU ke babak ini sedikit diluar dugaan sebagian pengamat, menyasar kepada performa asuhan David Moyes yang seperti Roller Coaster, terkadang naik, terkadang turun dan tidak stabil. Menghadapi Bayern yang begitu konsisten sepanjang musim ini, MU akan dihadapkan pada masalah tidak kecil. Selain dikarenakan Bayern adalah juara bertahan dan menjadi tim yang sangat stabil, hanya menelan dua kekalahan di semua ajang musim ini, MU juga dihadapkan pada realitas menjadi juara Liga Champions adalah kesempatan mereka untuk meraih tiket Liga Champions musim depan, setelah penampilan roller coaster mereka melempar mereka di posisi ketujuh klasemen saat ini Liga Inggris. Motivasi MU semakin berlipat melihat fakta bahwa Bayern berhasil menaklukkan dua rekanannya dari Inggris di ajang ini, Manchester City dan Arsenal. Keduanya kalah secara agregat pertemuan dari Bayern. Sebagai tim yang memiliki pengalaman yang kental di ajang ini, MU tentu termotivasi untuk mengalahkan tim yang menghukum saudara sesama Inggris. Laga pertama yang akan dilangsungkan di Old Trafford akan menjadi kunci, mengingat Bayern nyaris tak terkalahkan di kandangnya sendiri.

(Wayne Rooney cs, Mengusung multi misi menghadapi Bayern di babak 16 besar. (Credit: Blogger) )

Paris Saint Germain dan Chelsea menjanjikan sebuah duel hebat tentunya. PSG memiliki senjata tajam bernama Zlatan Ibrahimovic, yang akan menguji ketangguhan John Terry dan Peter Cech di lini belakang Chelsea. Chelsea sendiri memiliki kekuatan utama di sektor sayap. Hazard dan Willian sangat lihai menyisir sisi sayap sehingga menjadi momok tersendiri bagi setiap lawannya. Laga ini dianggap seimbang, dan faktor kecerdikan pelatih akan menentukan siapa pemenang dari duel ini, yang akan berhadapan dengan pemenang duel Munich versus MU.

Di pool yang lain, Madrid akan bertemu dengan sang Finalis tahun lalu, Borussia Dortmund. Partai ini adalah ulangan partai semifinal musim lalu, dimana Dortmund berhasil unggul dengan agregat 5-4. Laga pertama dari duel ini akan digelar di Santiago Bernaubeu, kandang Madrid. Selain termotivasi mengusung misi revans, Madrid juga memiliki modal berkaca pada hasil tahun lalu, Madrid berhasil memenangi laga di Bernaubeu dengan skor 3-1. Kehilangan Mario Goetze (yang pindah ke Bayern), dan Robert Lewadownski yang terkena akumulasi kartu di laga pertama nanti tentunya akan mengurangi daya ledak Dortmund secara signifikan. Di atas kertas, Madrid unggul dalam segala hal dari Dortmund untuk memenangi duel ini.

Satu partai yang tak kalah menarik adalah Barcelona versus Atletico Madrid. Sebagai salah satu tim yang berkembang semejak diasuh Diego Simeone, Atletico muncul menjadi salah satu kekuatan baru di kancah domestik maupun di kancah Eropa. Diego Costa cs memiliki kemampuan untuk menyulitkan para musuh-musuhnya musim ini. Barcelona yang bertemu dengan mereka di kancah domestik tentu sudah merasakannya. Secara kualitas, duel ini berimbang dan kecerdikan Diego Simeone dan Tata Martino di bench akan menjadi salah satu pembeda krusial. Pemenang duel ini tentunya akan menghadapi pemenang duel Madrid vs Dortmund. Tanpa mengesampingkan Dortmund, siapapun yang pemenang di partai ini, akan menyajikan laga hebat kontra Madrid. Entah El Classico atau Derby kota Madrid.

(El Clasico berpeluang besar terjadi di babak semifinal meyusul Madrid dan Barcelona di pool yang sama. Credit : El Clasico Live)

Pagelaran Liga Champions mendekati babak akhir. Estadio da Luz sebagai venue partai puncak kompetisi tertinggi di Eropa sudah tidak sabar menyambut pemenang di ajang ini. Madrid, Bayern, Barcelona dan Chelsea secara kondisi dan historikal diunggulkan untuk melangkah ke babak berikutnya, namun keempat kontestan lain tak kalah bagus dari mereka. Bagaimanapun juga, Estadio Da Luz tak perlu lagi berkecil hati. Mereka adalah yang terbaik di Eropa dan dunia, sehingga siapapun yang ke partai puncak, tentunya akan disambut hangat oleh seluruh penikmat sajian si kulit bundar.

Menakar Jagoan Estadio Da Luz? Well, semua yang berada di babak ini adalah juara di babak grup, pilihan yang terbaik dari yang terbaik yang bermain di Liga Champions musim ini. Semuanya pantas untuk berlaga di stadion kebanggaan publik Lisbon. Pihak penyelenggara hanya perlu berbenah untuk menyambut siapa tim terbaik yang terpilih untuk berlaga di laga puncak.

Hello, Lisbon. This is party time!

-Daniel Oslanto-