Selasa, 31 Desember 2013

[Preview : MU vs Tottenham] Pembabtisan Moyes



Jelang Manchester United vs Tottenham
1 Januari 2014, Old Trafford

Pembabtisan Moyes

Perlahan tapi pasti, MU kembali mendekati papan atas Liga Inggris. MU saat ini hanya dipisahkan tiga angka dari Everton, yang menempati posisi keempat Liga Inggris. Hal yang cukup beralasan mengingat MU “perkasa” dalam menjalani tur maut 3 partai dalam 10 hari terakhir dengan memeteraikan kemenangan. Pekan ke-20, partai keempat yang dijalani dalam dua minggu terakhir bisa mendekatkan MU dengan para contenders Liga Inggris, bila Rooney cs berhasil mengalahkan Tottenham.

Partai melawan Tottenham bukanlah partai yang sulit bagi MU bila dimainkan di Old Trafford. MU punya sejarah manis kala berhadapan dengan Tottenham di depan publik sendiri. Namun, musim ini sedikit berbeda. Tottenham adalah salah tim dengan rasio poin tertinggi saat bermain tandang. Total, Tottenham berhasil mengumpulkan enam kemenangan dan satu hasil imbang dari sembilan partai tandang musim ini. Mengesankan. Partai melawan Tottenham menjadi pembabtisan Moyes, menjadi pembuktian Moyes bahwa MU yang dipimpinnya layak untuk diperhitungkan di Liga Inggris musim ini.

Bedah Strategi:
Adu Cerdik Rooney dan Adebayor

Dalam tiga pertandingan terakhir, MU memainkan dua strategi berbeda. Pada pertandingan kontra Hull City, MU menggunakan skema 4-2-3-1, Pada konta Norwich City, MU menggunakan 4-4-1-1, dan pada laga teranyar, MU kembali dengan pakem 4-2-3-1. Pada pekan ini, Moyes berpeluang untuk kembali menggunakan pakem 4-2-3-1, dengan Rooney bermain agak ke dalam di belakang Welbeck. Pulihnya Carrick dan Fletcher memberikan banyak pilihan di lini tengah bagi Moyes. Keduanya adalah jaminan kestabilan rantai pola menyerang dan bertahan MU.

Di sisi tottenham, tidak banyak perubahan yang terjadi. Tim Sherwood, suksesor AVB adalah seorang fanatik pola 4-4-2. Dalam tiga laga kepelatihannya di Tottenham, Sherwood menggunakan pola tersebut. Yang dilakukan Sherwood adalah bongkar pasang pemain di lini tengah. Untuk mengisi posisi gelandang tengah, Sherwood akan menduetkan kembali Dembele dan Paulinho yang terbukti sangat stabil menjaga pola permainan ketika menyerang dan diserang. Eriksen akan kembali ke sektor kiri, mengimbangi Lennon yang menyisir sisi kanan.

Pertarungan kali ini akan menyisipkan duel adu cerdik Adebayor dan Rooney. Adebayor yang selama ini dipinggirkan oleh AVB, mencetak dua gol dan tiga assist dalam tiga pertandingan terakhir. Adebayor bukan sekedar mencetak gol, tapi dia menjadi pengalih bagi rekannya yang lain untuk membuka keran gol. Pola ini juga dijalani oleh Rooney yang bermain lebih ke dalam, mendukung Welbeck yang bermain di posisi depan. Kehadiran Rooney di menjadi penyerang lubang mampu mengkreasikan peluang bagi rekannya yang lain saat dirinya mendapatkan pengawalan intensif dari bek lawan. So, siapa yang menang yang akan membuktikan diri menjadi yang terbaik? Pertandingan di Old Trafford lusa akan menjadi jawabannya.  

Prakiraan Formasi:

MU (4-2-3-1)
1-De Gea, 2-Rafael, 6-Evans, 15-Vidic, 3-Evra, 16-Carrick, 23-Cleverley, 25-Valencia, 44-januzaj, 10-Rooney, 19-Welbeck
Manager : David Moyes

Tottenham Hotspurs (4-4-2)
25-Lloris, 2-Walker, 20-Dawson, 6-Chiriches, 3-Rose, 7-Lennon, 8-Paulinho, 19-Dembele, 23-Eriksen, 9-Soldado, 10-Adebayor
Manager: Tim Sherwood



Dapatkan Informasi dan analisa sepakbola dengan me-like Facebook Fan Page Football Assist

Senin, 30 Desember 2013

[Kolom] Tan, Tony dan Paradoks Sepakbola.

Kolom Daniel Oslanto


Tan, Tony dan Paradoks Sepakbola.

Seminggu lalu, saya mempersiapkan diri untuk menyelesaikan beberapa file sebelum tutup tahun dan menikmati liburan bersama dengan orang-orang terdekat. Saat beberes beberapa berkas digital, saya kembali mendapatkan pemberitaan mengejutkan berbau kontroversi. Setelah mendapati kabar Mckay dipecat dari posisinya sebagai manager Cardiff City, saya dikejutkan dengan pemberitaan Tan yang akan mengganti nama klub menjadi Cardiff Dragon FC. Kontroversi memang menaungi Vincent Tan sejak pertama kali mengakusisi Cardiff pada 2010. Vincent Tan, pemilik Cardiff City menjadi sosok yang bertanggung jawab atas sebagian besar yang terjadi di Cardiff saat ini. Kontroversi dimulai saat Tan mengubah warna dasar dan lambang klub. Warna dasar klub adalah biru, dan lambangnya adalah burung, diganti dengan warna merah dan lambang naga. Tak hanya itu, Tan juga memecat manager Mckay yang merupakan idola bagi para fans Bluebird, julukan Cardiff. Bayangkan, Mckay membawa Cardiff promosi musim ini, dan menjadi finalis Piala FA musim lalu. Sebuah prestasi yang tentunya sangat membanggakan bagi sebuah tim yang musim ini promosi. Namun perselisihannya dengan Tan membuatnya harus rela didepak dari posisi manager.

Sedikit beralih kepada Tony Fernandes. Tony adalah pemilik klub QPR, yang musim ini bermain di divisi Championship setelah degradasi dari premier league. Pada musim lalu, Tony bahkan membeli pemain dengan jumlah sangat besar. Yang didatangkanpun tidak tanggung-tanggung. Julio Cesar eks Inter, Jose Bosingwa eks Chelsea, Shaun Wright Philips, Joey Barton hingga Loic Remy didatangkan. Posisi Manager diberikan kepada dua nama besar, Mark Hughes dan Harry Reknapp, hanya untuk memenuhi ambisinya membawa QPR berprestasi lebih baik. Sialnya, QPR kehilangan momentum dan harus mengakhiri kiprah di Liga Inggris. Tan dan Tony adalah dua sosok yang memiliki beberapa kemiripan. Tan dan Tony adalah pebisnis berkewarganegaraan Malaysia, dan keduanya tidak memiliki “pengetahuan” yang cukup dalam bidang si kulit bundar. Namun, keduanya memiliki status yang berbeda. Jika Tan adalah public enemy di Inggris saat ini, Tony justru mendapatkan rasa simpatik dari para fans menyusul kenyataan pahit yang diterima oleh timnya, yang degradasi ke papan bawah. 

Tan memang menjadi public enemy dengan berbagai tindakan kontroversinya yang mendobrak tradisi, tapi selama Cardiff berada di jalur yang tepat, sebagai contoh kecil, tidak degradasi musim ini, sedikit banyak itu pasti dipengaruhi oleh filosofi Tan. Setidaknya Tan telah menunjukkan ketertarikannya kepada sepakbola, bidang yang tidak dimengerti sepenuhnya dengan membuat kontroversi yang menjengkelkan. Bandingkan dengan Tony Fernandes yang terkesan baik dan royal, namun sebenarnya bisa dikatakan “lepas tangan” dalam urusan sepakbola. Tak heran bila pada akhirnya sebagian besar pemain “punya nama” yang dibeli klubnya tidak tepat guna. 

Keanehan seperti ini memang menciptakan paradoks di dalam sepakbola. Ada tim yang sangat royal membelanjakan uang untuk membeli pemain seperti QPR dalam skala kecil atau Madrid dalam skala besar, namun tidak sebanding dengan prestasi yang diraih. Ada tim yang bermodalkan kerja keras dan semangat pemain muda yang operasionalnya minim, namun meraih gelar juara seperti Dortmund tiga tahun terakhir, atau Porto yang mengalami eksodus para bintangnya setiap musimnya tapi tetap juara. Well kembali kepada Tan dan Tony, apakah keduanya akan memiliki nasib yang sama? Apakah sepakbola hanya sebatas tradisi, materi tim atau budget transfer? Saya kembali berpikir sejenak. Paradoks tetaplah paradoks, tapi kecintaan akan sepakbola itulah yang membuat sepakbola menjadi bahasa nasional yang bersifat mempersatukan bagi ratusan Negara di dunia ini. Mungkin itulah yang ingin ditunjukkan oleh Vincent Tan, sebuah ketertarikan akan sepakbola dengan cara yang berbeda.



Like FB fan page  FootballAssist


[Preview: Arsenal vs Hull City] Tamu Menunggu Lebih Lama



Jelang Arsenal vs Cardiff City
1 Januari 2014, Emirates Stadium

Tamu Menunggu Lebih Lama

Cardiff City berduka. Keunggulan 2-0 atas Sunderland di babak pertama Lanjutan Liga Inggris pekan ke-19 harus menguap berkat kecerdikan pemain Sunderland di babak kedua. Laga yang berakhir dengan skor 2-2 ini membuat Cardiff tertahan di posisi menengah ke bawah Liga Inggris, sebuah posisi yang tidak ideal bagi tim promosi yang ambisius. Belum kelar persoalan performa, Cardiff juga dihadapkan pada hal nonteknis bernama Vincent Tan. Nama terakhir adalah pemilik Cardiff City. Tan mendapat cibiran dari para pundit Liga Inggris hingga sekelas Arsene Wenger turut angkat bicara. Tan yang tidak mengerti sepakbola, menjadi public enemy nomor satu di Inggris saat ini menyusul keputusan kontroversi yang dilakukannya. Tak ayal, kemenangan pekan ini adalah konsolasi yang tepat untuk dekandensi performa tim saat ini.

Sayangnya, Cardiff harus bertamu ke Emirates Stadium, kandang Arsenal. Tim tuan rumah adalah pemuncak Klasemen sekaligus juara paruh musim Liga Inggris musim ini. Mengingat gap poin yang masih sangat dekat dengan para pesaingnya, kemenangan adalah harga mati bagi Arsenal. Sial bagi Cardiff, Jordan Mutch cs hanya bisa memetik satu kemenangan dari sembilan laga tandang musim ini. Menilik rekor Arsenal yang cukup apik saat bermain di depan publik sendiri, ditambah dengan fakta timpangnya skuad Arsenal dengan Cardiff, sangat mungkin Cardiff harus menunggu lebih lama untuk kembali ke jalur kemenangan dan menghindari zona degradasi.


Bedah Strategi:

David Kerslake, Assisten Manager Cardiff City yang saat ini menangani Cardiff sementara waktu, mengungkapkan bahwa satu poin saat melawan Sunderland patut di apresiasi. Namun, perlu dicatat, Sunderland adalah juru kunci di Liga Inggris, dan bermain tandang minggu lalu, yang mana di atas kertas bukanlah lawan sepadan bagi Cardiff yang berada di posisi lebih baik. Menghadapi Arsenal, tentunya Kerslake dihadapkan pada kemungkinan timnya akan menjadi sasaran empuk Santi Cazorla dkk. 

Pada matchday kali ini, besar kemungkinan Kerslake akan memainkan pola yang sama seperti ketika mnenghadapi Sunderland. Pola 4-2-3-1 menjadi pilihan paling logis mengingat tim ini cukup terbiasa dengan pola ini bersama Mckay, mantan manager Cardiff City. Di pihak Arsenal, Wenger memang masih kehilangan Ozil dan Ramsey. Tapi ketidakhadiran dua pemain ini berhasil ditutupi pemain lain. Flamini, Wilshere, Santi, Walcott, dan Arteta siap mengisi lini tengah untuk mendukung Giroud yang bermain di lini depan. Untuk menyiasati sisi kiri Cardiff, yang merupakan salah satu bagian lemah dari Cardiff, Wenger bisa menggunakan opsi Lukas Podolski untuk bermain menyisir sisi kiri, mengimbangi Walcott yang bermain dari sisi kanan. Duo sayap cepat dengan teknik tinggi ini bisa menghadirkan mimpi buruk bagi Cardiff. 

Prakiraan Formasi:

Arsenal (4-2-3-1)
1-Szczesny, 3-Sagna, 4-Metesacker, 6-Koscielny, 28-Gibbs, 20-Flamini, 10-Wilshere, 14-Walcott, 19-Cazorla, 9-Podolski, 12-Giroud.
Manager : Arsene Wenger

Cardiff City (4-2-3-1)
1-Marshal, 28-Theopile, 4-Caulker, 6-Turner, 42-John, 8-Medel, 13-Kim, 16-Noone, 7-Whitingham, 18-Mutch, 10-Campbell
Manager: David Kerslake (caretaker)

Like Fan Page Football Assist


[Preview: Liverpool vs Hull City] Anfield Berdarah



Jelang Liverpool vs Hull City
1 januari 2014, Anfield Stadium


Anfield Berdarah

Hull City dilanda eurofia. Di luar dugaan, Hull berhasil mencetak setengah lusin gol ke gawang Fulham dalam lanjutan laga Liga Inggris pekan ke-19. Di sisi lain, Liverpool kembali menelan kekalahan melawan Chelsea dengan skor 2-1. Meski tim tamu sedang di atas angin, dan tim tuan rumah sedang mengalami degradasi moral, terlebih di pertandingan pertama Hull menang 3-1 atas Liverpool, hal ini tidak dijadikan barometer pertemuan keduanya kali ini. 

Pertandingan kali ini menyimpan motivasi bagi The Anfield Gank baik secara tim maupun individu yang terlibat di dalamnya. Liverpool perlu kembali ke trek kemenangan. Suarez perlu mencetak gol setelah seret gol dalam dua pertandingan terakhir, dan yang paling penting, kemenangan ini akan mengembalikan Liverpool ke dalam catur perebutan gelar juara Liga Inggris musim ini. Bukan tidak mungkin Liverpool bisa mengulangi skor-skor mencolok dan telak yang dilakukan oleh Suarez cs beberapa kali di musim ini. Multi misi ini berpotensi menghasilkan tag “Anfield berdarah” di headline harian sepakbola dunia.

Bedah Strategi:

Kembali ke Awal

Rodgers melakukan ekperimen saat Liverpool kontra Chelsea. Suarez cs bermain dengan pola baru, 4-3-3. Konsep ini membutuhkan penyesuaian bagi para pemain, sehingga dibayar mahal dengan dua gol di babak pertama. Pada kesempatan menghadapi Hull, Rodgers kemungkinan akan mengembalikan pakem 4-2-3-1. Coutinho dan Sterling akan menempati dua slot sayap mendukung Luis Suarez yang berperan sebagai role player, bebas berkreativitas dan menjelajah area serang Liverpool. Di lini belakang, kembalinya Kolo Toure dari cedera, maka otomatis pemain Pantai Gading ini akan mengambil alih posisi Sakho, yang kurang stabil bermain di posisi bek tengah. 

Hull sendiri kemungkinan akan bermain dengan pola 3-5-2, pola yang dipakai saat merepotkan MU dua pekan yang lalu. Dua wingback yang ada di lini tengah lebih difokuskan untuk membantu pertahanan dan menjaga konsistensi aliran bola dari sisi sayap. Lini tengah yang dihuni trio Meyler-Huddlestone-Livermore akan menjadi menjadi dinamo lini tengah Hull untuk menahan kreativitas gelandang Liverpool. Hull cukup diuntungkan dengan Coutinho yang “dipaksa” bermain di sayap, yang mana bukan posisi aslinya, sehingga memaksa Suarez memainkan peran sebagai pelayan bagi rekannya yang lain. Namun, bilamana Rodgers membuat sebuah kejutan menempatkan Coutinho sebagai gelandang serang, bukan tidak mungkin Liverpool akan seganas beberapa pekan silam dan berpesta gol di kandang.

Prakiraan Formasi:
Liverpool (4-2-3-1)
22-Mignolet, 2-Johnson, 37-Skrtel, 4-Toure, 5-Agger, 21-Lucas, 24-Allen, 14-Henderson, 10-Coutinho, 31-Sterling, 7-Suarez
Manager: Brendan Rodgers

Hull City (3-5-2)
1-Mcgregor, 5-Chester, 4-Bruce, 6-Davies, 27-Achmed, 3-Figueroa, 14-Livermore, 8-Huddlestone, 7-Meyler, 9-Graham, 20-Sagbo
Manager: Steve Bruce

Like Page FB Football Assist

Selasa, 24 Desember 2013

Jelang Duel Boxing Day
Manchester City vs Liverpool


Melawan Statistik

Laga Pekan ke-18 adalah laga yang penuh emosional dan menentukan bagi Liverpool dan Manchester City. Setelah Arsenal gagal mengalahkan Chelsea dalam pekan ke-17, maka Liverpool berhak di singgasana lebih lama untuk saat ini. Kenyataannya, di pekan ke-18 yang hanya beberapa hari setelah pekan ke-17, Liverpool harus bertandang ke Etihad Stadium, kandang Manchester City. The Citizen saat ini nangkring diposisi ke-3, hanya terpaut satu angka dari Liverpool. Kemenangan bagi Citizen akan menaikkan posisi mereka, sedangkan kemenangan Liverpool akan tetap mempertahankan posisi mereka di puncak klasemen. Tim yang kalah bisa tercecer ke peringkat lima bila tim papan atas lainnya berhasil memenangi laga pekan ke-18.

Liverpool datang dengan harapan melawan statistik. Sejauh ini, tim tamu yang datang ke Etihad Stadium selalu gagal meraih poin. Bahkan kegagalan meraih poin diperburuk dengan fakta Vincent Kompany cs akan menggetarkan gawang lawannya setidaknya sebanyak tiga kali. Sebuah catatan statistik yang tak ingin dirasakan oleh Liverpool. Catatan tandang Liverpool musim ini juga tidak terlalu bagus. Liverpool meraih 3 kemenangan, 3 hasil imbang dan dua hasil kekalahan. Mengingat sakralnya laga ini, bukan tidak mungkin Liverpool bermain kesetanan dan berusaha untuk mematahkan statistik mengesankan milik tuan rumah.

Bedah Strategi:
Sayap Bayangan Suarez


Suarez memang benar-benar menjadi ancaman nyata bagi setiap lawan Liverpool. Bukan sekedar mencetak gol yang sekarang jumlahnya 19 dari 12 pertandingan, Suarez juga mengkreasikan assist bagi rekannya. Terbukti, Suarez mencetak empat assist dalam tiga pertandingan terakhir, dimana selalu membuat assist di setiap laga tersebut. Apakah Suarez menjadi ancaman terbesar City dalam pertandingan ini? Bisa jadi ya, bisa jadi tidak. Tapi setidaknya City harus mengerahkan lebih dari satu pemain untuk melakukan penjagaan khusus bagi Bomber Uruguay ini.

Perang lini tengah tentu tak akan bisa dihindarkan. Lucas Leiva akan menjadi penyeimbang lini tengah, dan Coutinho sebagai pengatur ritme permainan. City memiliki pemain yang secara teknis jauh lebih baik dalam diri Yaya Toured an David Silva. Liverpool sedikit diunggulkan dalam skema permainan Sayap. Liverpool memiliki sosok Rahem Sterling yang bermain apik menyisir sisi kanan pertahanan lawan. Di sisi kiri pertahanan lawan, Henderson menjadi opsi yang bagus. Karakteristik Henderson yang lebih ke arah menstabilkan permainan ini akan membawa Suarez lebih turun ke bawah dan berposisi sebagai sayap bayangan. Pola permainan seperti ini memberikan kesempatan bagi Suarez untuk bertindak sebagai role-play, bebas menjelajahi setiap bagian lapangan, dan menyulitkan para lawan menebak permainan Liverpool. Inilah yang terjadi dalam tiga pertandingan terakhir, dimana Liverpool berhasil menang telak, Suarez menciptakan gol dan assist bagi rekannya.

Manchester City sendiri memiliki kesempatan bagus dalam di sektor penyerangan. Negredo dan Navas bermain apik dalam beberapa partai terakhir. Tentunya akan menjadi kesulitan tersendiri bagi pemain belakang Liverpool yang belum stabil dan kerap kebobolan akibat kesalahan sendiri. Teranyar tentunya kala dijebol Cardiff City melalui indirect freekick setelah tidak ada pemain yang menjaga Mutch untuk melepaskan tembakan ke gawang Mignolet. Bila lini belakang Liverpool tidak memperbaiki penampilannya, bukan tidak mungkin City tetap menjaga rekor setidaknya mencetak tiga gol ke gawang lawannya saat tampil di hadapan pendukungnya sendiri.

Prakiraan Pemain:

Manchester City (4-4-2)
1-Hart, 22-Clichy, 26-Demichelis, 4-Kompany, 13-Kolarov, 15-Navas, 42-Toure, 25-Fernandinho, 21-David Silva, 9-Negredo, 10-Dzeko
Pelatih: Manuel Pellegrini

Liverpool (4-2-3-1)
22-Mignolet, 2 Johnson, 37-Skrtel, 5-Agger, 38-Flanagan, 24-Allen, 21-Lucas, 31-Sterling, 10-Coutinho, 14-Henderson, 7-Suarez
Pelatih: Brendan Rodgers

Andai Aku Ketua PSSI



 Catatan Ringan Suga2,

Andai Aku Ketua PSSI


ASEAN Games Berakhir. Indonesia meraih perak dari cabang sepakbola, dan itu hasil yang tidak buruk. Tutup cerita. Namun, seperti biasa, selalu ada saja catatan hitam yang merongrong keadilan PSSI sebagai pemegang tampuk tertinggi persoalan sepakbola di Indonesia. Kali ini datang dari persoalan Pro Duta yang tidak lolos verifikasi dengan alasan yang terkesan dibuat-buat. Sebelumnya muncul isu permasalahan mengenai penunjukkan Alfred Riedl, hingga isu pertengkaran Jacksen F. Tiago dan Rachmad Darmawan (RD). Ada apa dengan PSSI kita ini? Siapa yang paling dirugikan dari hal-hal seperti ini? Jawabannya mutlak adalah penikmat sepakbola dan pendukung setia timnas Indonesia. Ya, rakyat Indonesia.

Di suatu sore, sebelum partai Indonesia vs Thailand di Final ASEAN Games, seorang teman pecinta sekaligus pengamat sepakbola menyempatkan diri untuk berdiskusi mengenai sepakbola Indonesia. Bola liar analisa sepakbola bergelinding ke sana ke mari, hingga tiba dia kepada sebuah pertanyaan, “Apa yang akan kamu lakukan bila kamu terpilih menjadi ketua PSSI?” Saya hanya tertawa kecil dan menjawab, akan mencoba memperbaiki beberapa kebijakan salah arah menurut saya yang selama ini sering digunakan oleh kepentingan golongan tertentu. Bila terpilih menjadi ketua PSSI, hal yang pertama saya lakukan adalah memperbaiki kemasan dari Liga Indonesia (Indonesia Super League). Saya percaya bahwa rakyat Indonesia adalah supporter fanatik akan sepakbolanya sendiri sehingga Liga Indonesia ini sangat “menjual” sebenarnya, dan bila dikemas dengan baik akan memberikan win-win solution kepada pihak swasta selaku calon sponsor Liga. Regulasi yang paling saya fokuskan ada pada dua hal, pertama melarang penggunaan pemain asing dan kedua adalah pembentukan tim muda. 

Pemain asing dan pemain lokal memiliki perbandingan gaji 3:1 atau bahkan 4:1. Sebuah konsep yang tidak begitu bagus. Bilamana sebuah klub memiliki 5 pemain asing, maka klub sudah bisa menggunakan alokasi dana gaji mereka untuk 16-20 pemain lokal. Bukankah ini bisa membentuk satu tim sepakbola? Tanpa pemain asing, kualitas Liga Indonesia menurun? Lihat Italia dan Spanyol. Liga mereka memberikan lingkungan yang tepat untuk pemain lokal berkembang. Statistik membuktikan timnas Italia 2006, tak satupun pemain timnas berasal dari luar Liga Italia. Spanyol 2010 90% pemainnya dihuni para pemain Liga Spanyol, dan hasilnya kedua Negara ini menjuarai Piala Dunia. 

Relokasi anggaran untuk pemain asing adalah perbaikan infrastruktur dan juga pengadaan akademi setiap klub. Klub harus memiliki tim U-15, U-19, Reserve dan tim utama. Keempat tim akan berlaga di liga masing-masing yang dikelola Pihak Liga Indonesia. Dengan kesempatan mencicipi jenjang Liga dan kompetisi sejak usia dini, maka pemahaman pemain dalam sepakbola akan semakin meninggi dan kesempatan menjadikan sepakbola sebagai harapan hidup semakin besar.

Konsep Liga Indonesia juga memerlukan perbaikan. Pertama, Liga Indonesia perlu menjual “liga Indonesia” kepada media kelas kakap dan mendunia. Pasar Liga Indonesia sangat besar, mengingat rakyat Indonesia yang fanatik akan sepakbola nasional dan tentunya tidak akan sulit mencari media kelas kakap tersebut, karena memang pernah menawarinya kepada pengelola Liga Indonesia.  Selain meningkatkan pamor Liga Indonesia, akan ada efek dominonya. Efek lainnya adalah Liga Indonesia semakin seksi di mata sponsor, sehingga pemasukan klub membesar. Sialnya, salah satu yang membuat ketertarikan pihak media kelas dunia menayangkan Liga Indonesia adalah keteraturan jadwal, dimulai dari kesiapan keamanan hingga penyesuaian dengan event-event di luar sepakbola seperti konser dan pilkada. Hal ini harus sejalan dengan Komisi yang terkait seperti komisi disiplin yang siap menghukum keras klub yang suporternya bertindak anarkis atau melakukan Walk-Out di pertandingan tanpa adanya kejadian luar biasa seperti bencana alam. Bila hal ini bisa dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin Liga Indonesia akan dilirik untuk disiarkan secara global, yang akan memberikan keuntungan finansial besar bagi klub dan pengelola Liga Indonesia. Dengan adanya media, Match Fee dari pengelola liga menjadi sesuatu hal yang bagus bagi klub. Terlebih faktanya sponsor berbanding lurus dengan citra positif yang ditimbulkan oleh media. Hal ini akan membantu klub Liga Indonesia mengatasi masalah klasik selama ini, kurangnya dana untuk pengadaan ini dan itu, seperti gaji para pemain asing yang mahal. 

Teman saya melanjutkan kembali pertanyaannya, “Menurut kamu, pengelolaan Liga Indonesia harus satu wilayah atau lebih? Ya, karena wilayah menjadi masalah penting mengingat infrastruktur transportasi di Indonesia belum baik.” Saya malah berpandangan bahwa tidak perlu mempersoalkan apa yang ada di luar jangkauan. Transportasi dan Infrastruktur adalah persoalan pemerintah, tugas PSSI mengelola masalah sepakbola. Bagaimana bila setiap klub bisa menggunakan pesawat terbaik dengan kenyamanan kelas wahid? Apakah akan menjadi masalah bila klub harus melakoni perjalanan pesawat ke luar daerah? Saya rasa tidak. Tapi semua ini berhubungan dengan satu hal. Ya itu tadi, sumber pendapatan klub harus lebih ditingkatkan lagi. Bila semua klub memiliki keuangan yang sehat dan stabil, menggunakan trasnportasi kelas satu bukanlah sebuah masalah. Namun realita yang terjadi saat ini adalah klub kurang memperhatikan aspek seperti ini dikarenakan keterbatasan dana.
 
Pembahasan kami semakin menarik. Teman saya bertanya kembali, “Bagaimana bila hal ini tidak bisa dilaksanakan? Semua yang kamu canangkan ini?” Saya memilih mundur dari jabatan, dan memperbaiki diri agar bisa menjadi Menpora. Nah lho? “Kenapa harus menjadi menpora?” tambahnya lagi. Bilamana presiden memercayakan posisi itu kepada saya, saya akan mengorek habis semua isi perut PSSI, mengganti para orang-orang lama korup dengan yang baru yang jujur dan peduli akan sepakbola Indonesia. Teman saya kembali bertanya, “Nah, bukannya itu berarti Indonesia akan dihukum FIFA?” Saya mengerti maksud beliau. Bilamana pada akhirnya Indonesia dihukum, biarkan itu terjadi. Saya lebih memilih Indonesia dihukum beberapa tahun untuk memperbaiki diri ketimbang terus berjalan tanpa ada prestasi seperti yang selama ini terjadi. Saya percaya rakyat Indonesia bisa menerima beberapa tahun tidak melihat Indonesia bertanding di Internasional, namun bisa masuk piala dunia di pagelaran berikutnya dikarenakan semua elemen yang di dalamnya, semua elemen sepakbola yang menggerakkannya, melakukannya dalam integritas dan semangat kebangsaaan.

Sebuah percakapan yang sangat menarik, namun keterbatasan waktu membuat kami mengakhirnya. Pembicaraan kami ditutup dengan tawa dan pertandingan Final ASEAN Games pun dimulai.