Jumat, 28 Maret 2014

[Preview: Arsenal vs Manchester City] Balas Dendam Terlogis



Jelang Laga Arsenal vs Manchester City

Emirates Stadium, 29 Maret 2014

Balas Dendam Terlogis

Misery Week. Minggu penderitaan, mungkin itulah kata-kata yang tepat untuk mengekspresikan perasaaan para penggawa Arsenal dan sang Monsieur, Arsene Wenger. Pada laga kontra Chelsea di Stamford Bridge pada tanggal 22 Maret 2014, Arsenal secara mengejutkan digebuk hingga babak belur dengan skor 6-0. Pada laga tengah pekan, kemenangan yang di depan mata buyar pada menit terakhir setelah Flamini membuat gol bunuh diri, yang mengakibatkan laga berakhir imbang 2-2. Secara matematis, pasukan Wenger sudah kehilangan 5 poin krusial yang seogiyanya dapat digunakan untuk mempertahankan momentum mereka di papan atas dalam menjalani pertarungan merebut gelar juara Liga Inggris. Bilamana masih ingin diperhitungkan dalam perebutan gelar juara Liga Inggris musim ini, Arsenal tidak punya pilihan selain memenangi laga akhir pekan ini.

Sialnya, lawan yang dihadapi pada partai ini adalah Manchester City, rival yang sedang dalam performa terbaiknya. Setelah membekuk Fulham 5-0, City membekuk saudara tuanya, Manchester United dengan skor 3-0. Keberhasilan ini tentunya meningkatkan momentum The Citizen, julukan Manchester City untuk segera mengkudeta Chelsea dari puncak klasemen. Kampanye mengkudeta  Chelsea akan dilanjutkan di partai ini. Dengan memiliki keunggulan dua laga yang belum dimainkan, kemenangan atas Arsenal pekan ini tidak hanya menjaga momentum mereka, tetapi juga mengeliminasi Arsenal secara moral dari perburuan gelar juara Liga Inggris.

Arsenal yang tidak memiliki pilihan selain menang untuk menjaga peluang menjuara Liga Inggris tentunya dihadapkan pada misi yang tidak mudah. Statistik berbicara bahwa Arsenal mencatatkan hasil 11 kemenangan, 5 hasil imbang dan hanya sekali kekalahan dari 16 laga teranyar yang digelar kandang mereka, Emirates Stadium. Itu berarti dalam periode tersebut, Arsenal mencatatkan persentase kemenangan sebesar 79,1%. Sementara itu, City mencatatkan 11 kemenangan, 3 imbang dan 2 kekalahan dari 16 laga tandang teranyar mereka. Sebuah catatan yang tak kalah impresif. Laga ini mempertemukan tim dengan statistik terbaik di laga kandang dan tandang, yang mana menjadi garansi bahwa laga ini menarik. Faktor terakhir yang semakin memanaskan laga ini adalah kenyataan bahwa City mempermalukan Arsenal di laga pertama musim ini dengan skor 6-3. Laga ini bukan sekedar laga untuk mengembalikan moral para pemain Arsenal, namun juga cara balas dendam terlogis yang dimiliki Arsenal.

Dilema Pellegrini

Menghadapi Arsenal, Pellegrini diuntungkan dengan beberapa kondisi terakhir kedua tim. Di sisi timnya, Pellegrini akan menyambut kembalinya salah satu striker terbaiknya, Sergio Aguero. Memainkan Aguero tentunya akan menjadi pilihan baik untuk menaikkan mental rekan-rekannya, namun di sisi lain, memainkan Aguero berarti mengubah skema The Winning Team yang terlihat ganas dalam dua pertandingan terakhir. Nasri, Silva, Yaya Toure, Navas dan Dzeko terlihat impresif dalam dua laga terakhir. Aguero yang bisa bermain di belakang striker jelas mengancam posisi Silva sebagai gelandang serang. Bilamana itu terjadi, maka Silva akan bermain lebih ke sisi sayap permainan, dan menggeser nama Jesus Navas ke bangku cadangan, padahal kecepatan Navas bisa memengaruhi jalannya pertandingan. Hal ini karena Wenger yang tidak bisa menurunkan Lauren Koscielny di lini belakang tidak punya pilihan selain menurunkan sang kapten, Vermaelen. Vermaelen memang jago secara teknik, namun tidak memiliki kecepatan dan kesigapan dalam mengantisipasi pemain cepat seperti Navas. 

 (Edin Dzeko(tengah-biru) menunjukkan performa impresif pada laga teranyar. Credit : Telegraph)


Wenger sendiri masih dipusingkan dengan ketersediaan pemain yang dimilikinya.  Sejumlah pemain inti seperti Koscielny, Ramsey, Ozil, Wilshere, Walcott belum dapat diturunkan pada pertandingan ini. Pilihan yang terbatas mau tidak mau mengharuskan Wenger untuk menggunakan komposisi yang sama dengan pemain yang dimilikinya saat bersua Swansea. Wenger kemungkinan melakukan improvisasi dengan memainkan Podolski untuk menyisir sisi kiri, menggantikan Oxlade yang tidak bermain optimal di laga teranyar, mendukung Cazorla dari sisi kanan. 

Performa terkini dan fakta bahwa City bermain lebih baik jelas memberikan keuntungan bagi Pellegrini. Dipandang dari ketersediaan pemain, Pellegrini jelas sumringah. Namun, kekeliruan dalam menentukan line up dan strategi dikarenakan dilema banyaknya pilihan bisa menjadi fatal. Alih-alih mendominasi laga, City bisa pulang dengan kepala tertunduk. 

Arsenal (4-2-3-1):
1-Szczesny, 3-Sagna, 4-Mertesacker, 5-Vermaelen,  28-Gibbs, 8-Arteta, 20-Flamini, 19-Cazorla, 9-Podolski, 7-Rosicky, 12-Giroud.
Pelatih: Arsene Wenger

Manchester City (4-2-3-1)
1-Hart, 2-Zabaleta, 4-Kompany, 26-Demichelis,  22-Clichy, 25-Fernandinho, 42-Toure, 15-Navas, 8-Nasri, 21-Silva, 10-Dzeko.
Pelatih: Manuel Pellegrini

Selasa, 25 Maret 2014

Preview Derby Manchester: Revans Harga Diri Sang Kakak

Jelang Derby Manchester
Old Trafford, 26 Maret 2014

Revans Harga Diri Sang Kakak

Saat undian babak delapan besar Liga Champions dilakukan, tidak sedikit fans Manchester United tetap percaya bahwa The Red Devils akan tetap melangkah sejauh mungkin di ajang ini, sekalipun lawan yang dihadapi adalah salah satu tim yang paling kuat saat ini. Well, para fans MU tentunya tidak sembarangan sesumbar. Pada pekan ke-30 lanjutan Liga Inggris, MU berhasil menaklukkan salah satu tim yang sangat sulit dikalahkan, terutama bila bermain di depan publiknya sendiri, West Ham United. Tidak sampai disana, MU juga menebar kekaguman dengan mempertahankan cleansheet. Meski tidak didukung oleh salah satu pilarnya, Robin van Persie (RvP), MU tetap tajam dengan mengandalkan sentuhan-sentuhan Rooney.

Pada partai tengah pekan kali ini, MU berhadapan dengan Manchester City, dalam episode Derby Manchester. Derby memang selalu menyajikan sebuah pertandingan berbeda dengan tensi yang tentunya meninggi. Terlebih fakta bahwa MU telah digebuk dengan skor mencolok, 4-1 pada laga Derby pertama di musim ini. Hal ini semakin menguatkan bahwa sang Kakak, MU, akan mencoba revans atas saudara mudanya. Dua kemenangan dalam pertandingan terakhir membuat sang Kakak semakin percaya diri. Terlebih pada faktanya, tiga hari kemudian, Machester City akan melanjutkan lawatan ke Emirates Stadium, untuk menghadapi Arsenal yang juga kandidat juara musim ini. Tentunya hal ini menguras konsentrasi dan energi pasukan The Citizen, julukan Manchester City yang ingin mengkudeta Chelsea dari puncak.

Meski demikian, tak bisa dipungkiri bila sang Adik juga sedang dalam performa terbaiknya. Dalam dua laga terakhir di Liga Inggris, Manchester City berhasil mencatatkan cleansheet, dan mencetak tujuh gol. Citizen yang punya agenda mengkudeta Chelsea dari puncak klasemen, bisa selangkah lebih dekat untuk mewujudkannya dengan memenangi laga ini. Kemenangan di laga ini bisa menjadi morale booster yang besar untuk pasukan Pellegrini demi mempertahankan konsistensi permainan mereka, terlebih dalam menghadapi Arsenal yang juga kandidat juara, di Emirates Stadium, tiga hari setelah pertandingan ini berlangsung.
Laga ini dipastikan berlangsung dalam tensi tinggi demi kepentingan kedua tim. Berstatus sebagai tim tuan rumah, ini adalah kesempatan bagi Manchester United untuk revans harga dirinya atas saudara mudanya.


Beda Misi, Beda Kepentingan

Menilik fenomena “nyeleneh” musim ini, dimana MU dan City seharusnya berada dalam perebutan gelar juara Liga Inggris, publik tentunya dihadapkan pada adaptasi MU dengan sang manager, David Moyes yang tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi. MU telah keluar dari persaingan gelar juara musim ini. Jangankan berbicara soal gelar juara, ada 11 angka yang memisahkan MU dengan peringkat 4 klasemen sementara yang mendapat tiket terakhir menuju pagelaran Liga Champions musim depan. Kampanye Moyes untuk mengamankan posisi empat harus diawali dari pertandingan kali ini. Moyes sendikit lega mengingat hilangnya RvP bisa ditutupi dengan permainan Rooney yang kembali ciamik. Mata mulai padu dengan permainan United, demikian juga dengan Welbeck yang mulai mendapatkan kembali formnya.

Jika MU berusaha untuk mendapatkan posisi empat besar, The Citizen sendiri memiliki misi lain. City kudu mempertahankan performa gemilangnya untuk mendekatkan diri dengan pemuncak klasemen. Salah satunya adalah mencoba mengulang kesuksesan menggebuk MU di pertandingan pertama. Kemenangan akan mereduksi gap Manchester City dengan pemuncak Klasemen, Chelsea yang tidak akan bertanding tengah pekan ini. Manchester City bisa jadi berharap pada ketajaman Yaya Toure untuk memetik kemenangan. Gelandang asal Pantai Gading ini tidak hanya mencetak hattrick pada pekan lalu, tetapi juga masuk dalam scoresheet di Derby sebelumnya. Di tengah belum pulihnya striker Kun Aguero, Yaya Toure bisa menjadi opsi bagus bagi Pellegrini.

Kemenangan untuk MU akan mendekatkan MU dengan Tottenham, tim yang sekasta di atas mereka pada klasemen sementara. Namun di sisi lain, kemenangan untuk City akan semakin mempersulit The Red Devils untuk mendekati posisi keempat. Hasil imbang justru tidak akan menguntungkan keduanya. Kemenangan menjadi harga wajib yang disasar, yang akan menjamin pertandingan ini menarik dan penuh tekanan

Manchester United (4-2-3-1)
1-De Gea, 2-Rafael, 4-Jones, 15-Vidic, 3-Evra, 24-Fletcher, 16-Carrick, 18-Valencia, 26-Kagawa, 11-Mata, 10-Rooney
Manager : David Moyes

Manchester City (4-2-3-1)
1-Hart, 5-Zabaleta, 4-Kompany, 33-Nastasic, 13-Kolarov, 25-Fernandinho, 42-Toure, 15-Navas, 21-Silva, 8-Nasri, 9-Negredo
Manager : Manuel Pellegrini


Sabtu, 22 Maret 2014

Kolom_Drawing babak 8 Besar UCL: Ketika Estadio Da Luz Tak Perlu Menakar Jagoan


Kolom Daniel Oslanto:

Review Hasil Drawing babak 8 Besar UCL


Ketika Estadio Da Luz Tak Perlu Menakar Jagoan


Drawing Liga Champions akhirnya di gelar pada jumat, 21 Maret 2014 pukul 11.00 GMT atau sekitar pukul 18.00 WIB. Pada akhirnya, terjawab sudah siapa yang akan saling berhadapan untuk selangkah lebih dekat menuju partai puncak. Madrid akan bertemu dengan Borrusia Dortmund, dan satu pool dengan Barcelona yang akan bertemu dengan salah satu rivalnya di liga domestik, Atletico Madrid. Bayern Munich, sang juara bertahan akan bertemu dengan Manchester United (MU). Bayern akan satu pool dengan Chelsea yang akan berhadapan dengan PSG. Impresif! Bagi sebagian pengamat, hasil drawing Liga Champions ini cukup memuaskan penikmat sepakbola, karena tim unggulan teratas tidak langsung menciptakan final dini di babak ini. Well, sejauh manakah peluang setiap tim untuk berhasil lolos ke babak berikutnya, hingga berlaga di Estadio Da Luz, venue partai puncak?
Dimulai dari Bayern Munich, sang juara bertahan. Well, The Bavarian akan menghadapi salah satu tim yang “diremehkan” di dalam babak ini. Tak mengherankan, karena kelolosan MU ke babak ini sedikit diluar dugaan sebagian pengamat, menyasar kepada performa asuhan David Moyes yang seperti Roller Coaster, terkadang naik, terkadang turun dan tidak stabil. Menghadapi Bayern yang begitu konsisten sepanjang musim ini, MU akan dihadapkan pada masalah tidak kecil. Selain dikarenakan Bayern adalah juara bertahan dan menjadi tim yang sangat stabil, hanya menelan dua kekalahan di semua ajang musim ini, MU juga dihadapkan pada realitas menjadi juara Liga Champions adalah kesempatan mereka untuk meraih tiket Liga Champions musim depan, setelah penampilan roller coaster mereka melempar mereka di posisi ketujuh klasemen saat ini Liga Inggris. Motivasi MU semakin berlipat melihat fakta bahwa Bayern berhasil menaklukkan dua rekanannya dari Inggris di ajang ini, Manchester City dan Arsenal. Keduanya kalah secara agregat pertemuan dari Bayern. Sebagai tim yang memiliki pengalaman yang kental di ajang ini, MU tentu termotivasi untuk mengalahkan tim yang menghukum saudara sesama Inggris. Laga pertama yang akan dilangsungkan di Old Trafford akan menjadi kunci, mengingat Bayern nyaris tak terkalahkan di kandangnya sendiri.

(Wayne Rooney cs, Mengusung multi misi menghadapi Bayern di babak 16 besar. (Credit: Blogger) )

Paris Saint Germain dan Chelsea menjanjikan sebuah duel hebat tentunya. PSG memiliki senjata tajam bernama Zlatan Ibrahimovic, yang akan menguji ketangguhan John Terry dan Peter Cech di lini belakang Chelsea. Chelsea sendiri memiliki kekuatan utama di sektor sayap. Hazard dan Willian sangat lihai menyisir sisi sayap sehingga menjadi momok tersendiri bagi setiap lawannya. Laga ini dianggap seimbang, dan faktor kecerdikan pelatih akan menentukan siapa pemenang dari duel ini, yang akan berhadapan dengan pemenang duel Munich versus MU.

Di pool yang lain, Madrid akan bertemu dengan sang Finalis tahun lalu, Borussia Dortmund. Partai ini adalah ulangan partai semifinal musim lalu, dimana Dortmund berhasil unggul dengan agregat 5-4. Laga pertama dari duel ini akan digelar di Santiago Bernaubeu, kandang Madrid. Selain termotivasi mengusung misi revans, Madrid juga memiliki modal berkaca pada hasil tahun lalu, Madrid berhasil memenangi laga di Bernaubeu dengan skor 3-1. Kehilangan Mario Goetze (yang pindah ke Bayern), dan Robert Lewadownski yang terkena akumulasi kartu di laga pertama nanti tentunya akan mengurangi daya ledak Dortmund secara signifikan. Di atas kertas, Madrid unggul dalam segala hal dari Dortmund untuk memenangi duel ini.

Satu partai yang tak kalah menarik adalah Barcelona versus Atletico Madrid. Sebagai salah satu tim yang berkembang semejak diasuh Diego Simeone, Atletico muncul menjadi salah satu kekuatan baru di kancah domestik maupun di kancah Eropa. Diego Costa cs memiliki kemampuan untuk menyulitkan para musuh-musuhnya musim ini. Barcelona yang bertemu dengan mereka di kancah domestik tentu sudah merasakannya. Secara kualitas, duel ini berimbang dan kecerdikan Diego Simeone dan Tata Martino di bench akan menjadi salah satu pembeda krusial. Pemenang duel ini tentunya akan menghadapi pemenang duel Madrid vs Dortmund. Tanpa mengesampingkan Dortmund, siapapun yang pemenang di partai ini, akan menyajikan laga hebat kontra Madrid. Entah El Classico atau Derby kota Madrid.

(El Clasico berpeluang besar terjadi di babak semifinal meyusul Madrid dan Barcelona di pool yang sama. Credit : El Clasico Live)

Pagelaran Liga Champions mendekati babak akhir. Estadio da Luz sebagai venue partai puncak kompetisi tertinggi di Eropa sudah tidak sabar menyambut pemenang di ajang ini. Madrid, Bayern, Barcelona dan Chelsea secara kondisi dan historikal diunggulkan untuk melangkah ke babak berikutnya, namun keempat kontestan lain tak kalah bagus dari mereka. Bagaimanapun juga, Estadio Da Luz tak perlu lagi berkecil hati. Mereka adalah yang terbaik di Eropa dan dunia, sehingga siapapun yang ke partai puncak, tentunya akan disambut hangat oleh seluruh penikmat sajian si kulit bundar.

Menakar Jagoan Estadio Da Luz? Well, semua yang berada di babak ini adalah juara di babak grup, pilihan yang terbaik dari yang terbaik yang bermain di Liga Champions musim ini. Semuanya pantas untuk berlaga di stadion kebanggaan publik Lisbon. Pihak penyelenggara hanya perlu berbenah untuk menyambut siapa tim terbaik yang terpilih untuk berlaga di laga puncak.

Hello, Lisbon. This is party time!

-Daniel Oslanto-

Jumat, 21 Maret 2014

[Preview : Chelsea vs Arsenal] Selamatkan Status



Jelang Derby London:  Chelsea vs Arsenal
Stamford Bridge, 22 Maret 2014

Selamatkan Status

Laga di Pekan ke-30 Liga Inggris menyajikan salah satu partai terpanas di musim ini, Chelsea menjamu Arsenal. Mengingat race menuju gelar juara EPL tinggal menyisakan sembilan partai lagi, maka meraih hasil maksimal dan konsisten sangat diperlukan oleh para kandidat juara, termasuk kedua tim asal London ini. Chelsea masih berada di puncak klasemen dengan nilai 66, di belakang Liverpool dan Arsenal menguntit dengan memiliki keunggulan satu laga yang belum dimainkan. Secara matematis, pertandingan ini menjadi pertaruhan kedua tim untuk menyelamatkan status mereka menuju akhir musim. Bagi Chelsea, kemenangan di laga ini menjadi penting untuk menjauhkan diri dari pesaingnya, terutama Liverpool dan Manchester City yang memiliki keunggulan satu dan tiga laga yang belum dimainkan. Bagi Arsenal sendiri, kemenangan di laga ini berarti tetap mempertahankan mereka sebagai status Cotenders hingga akhir musim. Maklum, selang seminggu ke depan Arsenal akan menjamu Manchester City, yang sangat berambisi memaksimalkan keunggulan jumlah bermainnya untuk mengkudeta Chelsea dari puncak klasemen

 (Gol dari Giroud sangat dibutuhkan Arsenal untuk tetap menjaga status cotenders. Credit : Zimbio)


Arsenal memiliki beberapa kenggulan menjelang laga ini. Wenger tidak memainkan laga di tengah pekan sehingga memastikan kondisi anak asuhnya sangat bugar. Meskipun ditinggal banyak pemain yang masih berkutat cedera, Arsenal justru mencatatkan diri tidak kalah dalam 3 laga terakhir, dimana lawan yang dihadapi adalah tim-tim yang performanya ciamik sepanjang musim ini, mulai dari Everton, Bayern Munich dan Tottenham. Kondisi ini berbeda dengan Chelsea. Chelsea yang pekan lalu secara mengejutkan dikalahkan oleh Aston Villa, akan mencoba mengembalikan kemenangan di depan publik Stamford Bridge. Misi terasa akan lebih sulit mengingat pada partai ini, Chelsea akan kehilangan Willian, Ramirez dan sang Arsitek Jose Mourinho, yang harus menjalani hukuman setelah dikeluarkan oleh wasit pada laga melawan Aston Villa.

Phantom Winger Yang Berbahaya

Kejelian Wenger dalam laga versus Tottenham pekan lalu yang berakhir dengan kemenangan tentu didasari dengan kemampuan sang Mansiour untuk membuat sebuah kejutan. Kejutan yang diberikan Wenger adalah Phantom Winger, dimana Wenger menempatkan Oxlade Chamberlain yang biasa bermain di posisi sayap, dimainkan di lini tengah menemani Arteta. Wenger sudah tentu paham, memadukan dua pemain kreatif di lini tengah hanya akan membuat kebingungan pola serangan bagi timnya. Pada kesempatan versus Tottenham, Wenger membiarkan The Little Mozart, Rosicky menjadi dirigen lapangan tengah, didukung Oxlade dan Arteta. Santi Cazorla justru dimainkan sedikit melebar ke kanan, untuk mengimbangi Podolski dari sisi kiri. Hasilnya tentu memuaskan fans Arsenal yang mendikte lini tengah Tottenham.

Chelsea kurang lebih akan menghadapi problema yang sama dengan Tottenham. Penempatan dua jangkar di lini tengah menjadi sangat krusial untuk membangun serangan sekaligus untuk menahan serangan. Minus Ramirez, Mourinho tidak memiliki pilihan selain memasukkan David Luiz untuk bermain sebagai gelandang bertahan menemani Matic. Sisi kanan akan diberikan kepada Oscar dan Lampard akan menjadi kreator di lini tengah. Meskipun sangat andal dalam bertarung di bola-bola atas dan mengendalikan permainan, namun Matic dan Luiz tidak memiliki kecepatan yang mumpuni untuk menahan gempuran pemain Arsenal yang memiliki speed yang di atas rata-rata. Mourinho tidak punya pilihan selain untuk menginstruksikan Ivanovic dan Azpilicueta yang bermain di bek sayap untuk tampil disiplin dan memprioritaskan pertahanan. 

 (Oscar (kiri), akan kembali berduel dengan Arteta (kanan) di lapangan. Credit: blogger)


Chelsea sendiri memiliki keunggulan dalam diri Hazard dan Eto’o. Kedua pemain ini tidak sekedar memiliki tehnik yang tinggi, tapi juga memiliki speed diatas rata-rata. Sudah menjadi rahasia umum duo bek lini tengah Arsenal sangat kesulitan untuk menghandle lawan yang memiliki kecepatan. Chelsea bisa memanfaatkan ini untuk meraih kemenangan ditengah kesulitan mereka yang bermain tanpa didampingi The Happy One, Jose Mourinho.

Prakiraan Pemain :

(Chelsea : 4-2-3-1)
1-Cech, 2-Ivanovic, 26-Terry, 24-Cahil, 28-Azpilicueta, 25-Matic, 4-Luiz, 8-Lampard, 11-Oscar, 17-Hazard, 29-Eto’o
Manager: Jose Mourinho

(Arsenal : 4-2-3-1)
1-Szczesny, 3-Sagna, 4-Metesacker, 6-Koscielny, 28-Gibbs, 8-Arteta, 15-Oxlade, 7-Rosicky, 11-Podolski, 19-Cazorla, 12-Giroud
Manager : Arsene Wenger

Kolom : Quo Vadis Timnas U-19 ?



Kolom Daniel Oslanto

Quo Vadis Timnas U-19 ?

Kamis pagi, saya berpikir mengenai apa topik yang akan saya bahas pada Kolom saya. Tak lama kemudian saya teringat akan seorang teman yang begitu mengidolakan Evan Dimas dkk. Sebagai salah satu pecinta sepakbola dalam negeri, saya pribadi cukup takjub dengan penampilan yang ditunjukkan oleh anak asuh Indra Sjafri, terlebih saya pertama kali menyaksikan mereka bukan di ajang AFF, tapi saat menghadapi Korea Selatan di ajang kualifikasi Piala Asia U-19  yang akan digelar di Myanmar. Secara permainan, Maldini Pali dan rekan-rekannya bermain sangat padu. Sentuhan bola-bola pendek yang menawan, dan diselingi dengan beberapa aksi individual pemain-pemain marquee seperti Evan Dimas menjadi daya tarik pasukan Garuda Muda. 

Menarik untuk membahas pasukan muda ini. Dimulai dari kisah sang pelatih, Indra Sjafri “blusukan” mencari bakat-bakat muda ke seluruh pelosok negeri, Sjafri akhirnya menemukan beberapa pemain bertalenta bagus yang dipersiapkan menghadapi Turnamen AFF U-19. Di laga final, Timnas muda ini berhasil mengalahkan Vitenam melalui adu penalti. Tak berhenti sampai disana, Timnas U-19 juga berhasil mengalahkan beberapa rivalnya, termasuk tim kuat Korea Selatan, sebelum akhirnya memastikan satu tiket bermain di Piala Asia U-19. Sepanjang persiapannya menuju Turnamen utama ini, Timnas melakukan pertandingan persahabatan melawan tim- tim lokal, atau yang lebih akrab disebut dengan Tur Nusantara. Sejauh mengikuti berbagai pertandingan melawan tim lokal, Timnas U-19 menciptakan sebuah catatan ciamik, belum pernah terkalahkan. Well, seharusnya catatan ini bisa menjadi gambaran kekuatan Timnas U-19, namun bilamana harus jujur, benarkah catatan ini efektif?

Saya terkejut mendengar Timnas U-19 menghadapi beberapa Tim yang berstatus peserta Liga Super Indonesia, seperti Mitra Kukar dan Persebaya. Terlebih bila mendengar kabar mereka tidak kalah melawan tim tersebut. Namun, dahi saya mengernyit setelah mengetahui bahwa lawan mereka adalah tim muda Klub Liga Super Indonesia itu. Sebagai regulasi yang dijalankan sejak beberapa tahun lalu, pihak penyelenggara Liga Super Indonesia sudah membuat kompetisi Liga Indonesia U-21 yang diperuntukkan para pemain muda klub-klub profesional. Dekandensi rasa kagum pun terjadi menjadi sebuah kewajaran. Timnas U-19 dan lawannya memiliki usia yang hampir sama, dan mereka adalah sekumpulan pemain muda terbaik yang ada di negeri ini. Jadi terasa sangat wajar bila mereka unggul atau tidak terkalahkan dalam laga tersebut. Selama menjalani Tur Nusantara, timnas menghadapi sekelompok anak yang masih seumuran mereka, jadi amatlah wajar Timnas urung bisa dikalahkan.

 Evan Dimas Menghadapi Lawan seumuran dengan kelas berbeda (credit: blogger)

Sikap optimis bahwa Garuda muda akan diperhitungkan di ajang Piala Asia U-19 berubah berkurang menuju titik skeptik bahwa lolos ke babak utama sudah cukup membanggakan. Meski Timnas rutin menggelar laga selama Tur Nusantara, namun kekuatan Evan Dimas dan kawan-kawan belum benar-benar teruji melawan tim yang tangguh. Sementara itu, timnas negara tetangga seperti Singapura dan Myanmar sudah melakukan ujicoba bersama tim luar negeri yang tentunya jauh lebih kompetitif, untuk menakar kekuatan mereka. Kondisi ini diperburuk dengan beberapa penampilan Timnas yang jauh dibawah ekpektasi. Kegemaran Indra Sjafri untuk membongkar pasang timnya selama Tur Nusantara memperlihatkan beberapa kelemahan elementer dalam tubuh anak asuhnya. Beberapa pemain cadangan terlihat belum klop dengan pemain yang langganan starting eleven. Terlebih, Timnas U-19 cukup ketergantungan pada peran Evan Dimas, yang begitu sentral di lini tengah. Evan Dimas, sang Skipper timnas bukan hanya sekedar menjadi pemimpin di lapangan, tapi juga memperlihatkan determinasinya dalam pertandingan. Evan sering menjadi pemecah kebuntuan Timnas, dan bila Evan tidak diaminkan, pola permainan Timnas sedikit goyah. Ini menjadi salah satu pe-er bagi sang coach, Indra untuk mengembangkan permainan anak asuhnya dengan dan tanpa sang Kapten.

Mentalitas dan Masa Depan
Menilik bahwa Piala Asia akan digelar di Myanmar, sangat menarik tentunya melihat bagaimana Paulo Sitanggang dkk menghadapi atmosfer pertandingan yang berbeda, dimana penonton tidak akan meneriakkan nama mereka. Curriculum Vitae tim Garuda Muda ini memang belum pernah memainkan laga di luar Indonesia. Pagelaran AFF U-19 di gelar di Indonesia, demikian halnya dengan kualifikasi Piala Asia U-19. 

Menilik fakta belum pernahnya Timnas menghadapi tim lain di luar “Indonesia”, tak heran sebagian pengamat tetap skeptis dengan kemampuan timnas, meskipun pola bermain dan kekompakan antar pemain semakin padu dari hari ke hari. Evan Dimas akan menghadapi sebuah atmosfer berbeda, tekanan yang berbeda saat memainkan lagi di hadapan suporter lawan. Tentunya mentalitas menjadi sesuatu yang sangat menentukan di laga-laga seperti ini. Untuk menakar secara objektif kekuatan timnas, bisa dimulai dari berbagai laga persahabatan yang akan dilakukan di luar negeri kelak.

Timnas U-19 belum pernah bermain di luar Indonesia membuat mentalitas mereka dipertanyakan sebagian pengamat (Credit: Solopos)

Namun, persoalan yang lebih mengganjal adalah status para penggawa Garuda Muda. Sehabis pagelaran Piala Asia U-19, para pemain muda hampir dipastikan tercerai berai. Bisa dilihat dari gelagat para klub profesional Indonesia yang sudah memantau para pemain Timnas untuk menambah daftar kekuatan mereka untuk mengarungi kompetisi sepakbola Indonesia. Indra Sjafri tidak akan mampu menahan anak asuhnya untuk bertahan dalam lingkungan timnas lagi. Dan bila hal itu terjadi, bukankah kita akan menyaksikan sebuah siklus materi timnas senior kelak yang kualitasnya “itu-itu saja” kelak? 

Quo Vadis Timnas U-19? Pagelaran Piala Asia U-19 adalah sebuah tiket yang sangat menentukan masa depan para pasukan Garuda Muda. Bila mengantongi tiket semifinal, berarti Timnas akan berhak tampil di Piala Dunia U-20 tahun depan. Kompetisi ini telah melahirkan pemain-pemain terbaik di dunia, mulai dari Cristiano Ronaldo hingga Lionel Messi. Sudah dipastikan puluhan ribu scout dari berbagai klub di seluruh dunia datang memantau para bakat-bakat muda, yang akan memperbesar kesempatan para penggawa timnas bermain di kompetisi yang lebih kompetitif ketimbang di Indonesia.

Mau dibawa kemana Timnas U-19? Quo Vadis Timnas? Semuanya akan terlihat dalam beberapa bulan ke depan. Wish nothing but the best for Young Garuda.