Jelang Laga Arsenal vs Manchester
City
Emirates Stadium, 29 Maret 2014
Balas Dendam Terlogis
Misery Week. Minggu penderitaan, mungkin itulah kata-kata yang
tepat untuk mengekspresikan perasaaan para penggawa Arsenal dan sang Monsieur, Arsene Wenger. Pada laga
kontra Chelsea di Stamford Bridge pada tanggal 22 Maret 2014, Arsenal secara
mengejutkan digebuk hingga babak belur dengan skor 6-0. Pada laga tengah pekan,
kemenangan yang di depan mata buyar pada menit terakhir setelah Flamini membuat
gol bunuh diri, yang mengakibatkan laga berakhir imbang 2-2. Secara matematis,
pasukan Wenger sudah kehilangan 5 poin krusial yang seogiyanya dapat digunakan
untuk mempertahankan momentum mereka di papan atas dalam menjalani pertarungan
merebut gelar juara Liga Inggris. Bilamana masih ingin diperhitungkan dalam
perebutan gelar juara Liga Inggris musim ini, Arsenal tidak punya pilihan
selain memenangi laga akhir pekan ini.
Sialnya, lawan yang dihadapi pada
partai ini adalah Manchester City, rival yang sedang dalam performa terbaiknya.
Setelah membekuk Fulham 5-0, City membekuk saudara tuanya, Manchester United
dengan skor 3-0. Keberhasilan ini tentunya meningkatkan momentum The Citizen, julukan Manchester City
untuk segera mengkudeta Chelsea dari puncak klasemen. Kampanye mengkudeta Chelsea akan dilanjutkan di partai ini. Dengan
memiliki keunggulan dua laga yang belum dimainkan, kemenangan atas Arsenal
pekan ini tidak hanya menjaga momentum mereka, tetapi juga mengeliminasi
Arsenal secara moral dari perburuan gelar juara Liga Inggris.
Arsenal yang tidak memiliki
pilihan selain menang untuk menjaga peluang menjuara Liga Inggris tentunya
dihadapkan pada misi yang tidak mudah. Statistik berbicara bahwa Arsenal
mencatatkan hasil 11 kemenangan, 5 hasil imbang dan hanya sekali kekalahan dari
16 laga teranyar yang digelar kandang mereka, Emirates Stadium. Itu berarti
dalam periode tersebut, Arsenal mencatatkan persentase kemenangan sebesar 79,1%.
Sementara itu, City mencatatkan 11 kemenangan, 3 imbang dan 2 kekalahan dari 16
laga tandang teranyar mereka. Sebuah catatan yang tak kalah impresif. Laga ini
mempertemukan tim dengan statistik terbaik di laga kandang dan tandang, yang
mana menjadi garansi bahwa laga ini menarik. Faktor terakhir yang semakin
memanaskan laga ini adalah kenyataan bahwa City mempermalukan Arsenal di laga
pertama musim ini dengan skor 6-3. Laga ini bukan sekedar laga untuk
mengembalikan moral para pemain Arsenal, namun juga cara balas dendam terlogis
yang dimiliki Arsenal.
Dilema Pellegrini
Menghadapi Arsenal, Pellegrini
diuntungkan dengan beberapa kondisi terakhir kedua tim. Di sisi timnya,
Pellegrini akan menyambut kembalinya salah satu striker terbaiknya, Sergio
Aguero. Memainkan Aguero tentunya akan menjadi pilihan baik untuk menaikkan
mental rekan-rekannya, namun di sisi lain, memainkan Aguero berarti mengubah
skema The Winning Team yang terlihat
ganas dalam dua pertandingan terakhir. Nasri, Silva, Yaya Toure, Navas dan
Dzeko terlihat impresif dalam dua laga terakhir. Aguero yang bisa bermain di
belakang striker jelas mengancam posisi Silva sebagai gelandang serang.
Bilamana itu terjadi, maka Silva akan bermain lebih ke sisi sayap permainan,
dan menggeser nama Jesus Navas ke bangku cadangan, padahal kecepatan Navas bisa
memengaruhi jalannya pertandingan. Hal ini karena Wenger yang tidak bisa
menurunkan Lauren Koscielny di lini belakang tidak punya pilihan selain
menurunkan sang kapten, Vermaelen. Vermaelen memang jago secara teknik, namun
tidak memiliki kecepatan dan kesigapan dalam mengantisipasi pemain cepat
seperti Navas.
(Edin Dzeko(tengah-biru) menunjukkan performa impresif pada laga teranyar. Credit : Telegraph)
Wenger sendiri masih dipusingkan
dengan ketersediaan pemain yang dimilikinya. Sejumlah pemain inti seperti Koscielny,
Ramsey, Ozil, Wilshere, Walcott belum dapat diturunkan pada pertandingan ini. Pilihan
yang terbatas mau tidak mau mengharuskan Wenger untuk menggunakan komposisi
yang sama dengan pemain yang dimilikinya saat bersua Swansea. Wenger
kemungkinan melakukan improvisasi dengan memainkan Podolski untuk menyisir sisi
kiri, menggantikan Oxlade yang tidak bermain optimal di laga teranyar,
mendukung Cazorla dari sisi kanan.
Performa terkini dan fakta bahwa
City bermain lebih baik jelas memberikan keuntungan bagi Pellegrini. Dipandang
dari ketersediaan pemain, Pellegrini jelas sumringah. Namun, kekeliruan dalam
menentukan line up dan strategi dikarenakan dilema banyaknya pilihan bisa
menjadi fatal. Alih-alih mendominasi laga, City bisa pulang dengan kepala
tertunduk.
Arsenal (4-2-3-1):
1-Szczesny, 3-Sagna,
4-Mertesacker, 5-Vermaelen, 28-Gibbs,
8-Arteta, 20-Flamini, 19-Cazorla, 9-Podolski, 7-Rosicky, 12-Giroud.
Pelatih: Arsene Wenger
Manchester City (4-2-3-1)
1-Hart, 2-Zabaleta, 4-Kompany,
26-Demichelis, 22-Clichy,
25-Fernandinho, 42-Toure, 15-Navas, 8-Nasri, 21-Silva, 10-Dzeko.
Pelatih: Manuel Pellegrini