Kasih Tak Sampai.
Beberapa menit sebelum pukul
18.00 WIB tadi sore, saya mulai mempersiapkan diri untuk membuka Live Streaming
Drawing Liga Champions. Namun, alangkah kagetnya saya ketika menemukan salah
satu Live Streaming sebuah saluran yang membahas sebuah berita spektakuler
tiba-tiba, Andre Villas Boas atau akrab disapa AVB, telah dibebastugaskan dari
posisinya sebagai manager Tottenham Hotspurs. Well, perhatian saya kembali
kepada jam yang mulai mendekati mulainya acara drawing Liga Champions.
Sehabis drawing, saya berpikir
sejenak. Ada yang terjadi pada AVB memang bukan sebuah kejutan. Hasil 0-5 di
White Hart Lane saat dihancurkan Liverpool jelas menjadi alasan pemecatan ini.
Namun, tetap saja, hal itu belum bisa diterima oleh akal sehat saya. Well,
Tottenham memang kalah telak dari Liverpool dan Manchester City dengan skor
masing-masing 5-0 dan 6-0. Namun, statistic Tottenham tidak begitu buruk musim
ini. Tottenham meraih 8 kali kemenangan musim ini, dan lima kali kalah dari 16
pertandingan di EPL. Meski berada di peringkat tujuh, Tottenham hanya berjarak
8 poin dari pemuncak klasemen dan lima poin dari zona Liga Champions. Di Liga
Europa, lebih kinclong lagi. Meraih sapu bersih enam partai Liga Europa dengan
kemenangan. Statistik diatas tidak sanggup mempertahankan AVB dari posisinya.
Levy, sang Chairman Tottenham Hotspurs memilih memecatnya. AVB mengalami kasih
tak sampai. AVB tidak memiliki kesempatan lagi untuk mengembangkan timnya, Levy
memilih untuk memecatnya.
Evaluasi Kedalaman Tottenham
Skuad : Tanpa Sang Singa
Saya teringat sebuah pepatah yang
mengatakan, “Seekor Singa yang memimpin kawanan domba akan menakuti kawanan
singa yang dipimpin seekor domba.” Pepatah ini seolah berlaku kepada Tottenham
yang kehilangan sang pemimpin sekaligus sosok inspirasional di dalam tim,
Gareth Bale, yang hijrah ke Real Madrid dan memecahkan rekor transfer dunia. Ya,
bila ingin sedikit sarkas, Bale adalah Singa yang memimpin sekawanan “domba”.
Torehan gol Tottenham musim lalu terbantu oleh aksi heroik Bale di lapangan. Bale
juga membakar semangat rekan-rekannya dalam bermain di lapangan.
Jangan salahkan Levy sebagai
seorang yang bertanggung jawab di balik penjualan Bale. Sebagai seorang
Chairman, Levy sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik. Dana penjualan
semua pemainnya digunakannya untuk mendatakan pemain baru. Climp Dempsey,
Caulker, hingga Gareth Bale, semuanya digunakan untuk mendatakan nama marquee
seperti Erik Lamela, Roberto Soldado, Christian Ericksen, Naser Chadli, Vlad Chirices,
hingga Paulinho. Dua nama awal menjadi rekrutan termahal dengan 30 dan 35 juta
euro. Alih-alih untuk membuat gebrakan baru di Liga Inggris, Tottenham sekarang
bermain bagaikan tim yang diisikan oleh segelumit pemain medioker. Who’s the
blame?
Penanggung jawab terbesar tentu
adalah AVB. AVB bertanggung jawab atas kebutuhan pemain yang diinginkannya.
Kesalahan AVB adalah melepas “singa pemimpin”, dan ironisnya tidak
menggantikannya dengan pemain berharga 50 juta berlabel superstar, malah
membeli sekumpulan “rubah”, yang mungkin tidak “selugu domba” tetatpi pasti
tidak “segarang singa”. Sekarang, AVB menerima ganjaran atas kesalahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar