Kamis, 19 Desember 2013

Bunga Tua Sepakbola



Ini adalah sebuah tulisan yang saya tulis dua tahun lalu, yang masih menggetarkan sanubari saya setiap membacanya. Enjoy :)

September tahun 2011, saya berhasil menyelesaikan pendidikan formal saya untuk jenjang diploma tiga. Perjuangan tiga tahun dalam belajar sekaligus lebih mencintai dunia sepakbola melalui tulisan di kampus memasuki masa akhir. Di tengah acara wisuda yang menorehkan senyuman kebahagiaan di mata setiap orang, sang direktur mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa ini adalah hari terakhirnya memimpin kampus kami. Dia menyampaikan sebuah perumpamaan yang begitu menyentuh hati. Sebuah kembang kecil, tumbuh dan berkembang, menebarkan aroma mewangi dan indah dipandang mata. Ketika dia berbunga, dia menyediakan nektar bagi para lebah dan kumbang untuk hidup. Kemudian datanglah angin, mengguncang bunganya dan membawa serbuk sari ke lahan kosong untuk tumbuh menjadi bunga yang baru. Sesungguhnya kembang memberikan hidupnya untuk menyejukkan mata, menyebarkan aroma mewangi, memberikan nektar untuk lebah dan kumbang, dan ketika tua, dia mempersiapkan kembang muda untuk tumbuh dan berkembang.  Direktur almamater saya adalah salah seorang yang terbaik di bidang kami untuk skala Indonesia. Beliau mengabdikan dirinya untuk ilmu pengetahuan dan pendidikan, membantu bunga-bunga muda untuk mengembangkan kemampuan dan talentanya. Dan ketika dia telah terlalu tua untuk mengurusi hal-hal yang besar, hanya beberapa kalimat diatas yang disampaikan oleh beliau dibalut dengan uraian air mata. 

Raul Gonzales adalah bunga tua dalam sepakbola. Selama karirnya, begitu banyak pencapaian luar biasa yang ditorehkan oleh striker hebat ini. Membawa Madrid ke dalam masa jaya di era 2000-an, jasa Raul seolah terlupakan ketika Madrid sedang dilanda eurofia kedatangan Jose Mourinho ke Madrid. Sebagai pemain tua yang mengerti ambisi tim sekelas Madrid, Raul melangkah dengan kepala tegak tanpa gerutu atau umpatan kepada petinggi Madrid yang tidak melihat jasanya selama ini kepada Los Galacticos.

 (Raul Gonzalez, meninggalkan Madrid dengan kepala tegak tanpa dendam. Credit: SportLive)


Paolo Maldini adalah bunga tua lainnya. Kecintaannya kepada AC. Milan tidak dapat diukur dengan kata-kata. Raihan prestasi fenomenal bersama Milan menjadikan dia sebagai salah satu pemain tertua yang paling lama pensiun. Namun, Maldini juga mengerti kehadirannya akan menghambat regenerasi pemain di Milan. Tidak mengherankan ketika dia memutuskan gantung sepatu, di partai terakhirnya, standing ovation oleh Curva Sud, fans Milan yang tidak begitu menyukainya, berubah menjadi suasana haru biru. Maldini meneteskan air mata meninggalkan lapangan.

 (Maldini memberikan lambaian perpisahan kepada Ultras Milan di Curva Sud San Siro. Credit: ItalianSoccerSerieA)


Begitu banyak pemain hebat dalam sepakbola. Kita mengenal Pele, Maradona, atau sekarang kita mengenal Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Mereka adalah seniman sepakbola yang terbaik yang mungkin ada di jagat raya ini, tetapi mereka bukanlah bunga sepakbola. Mereka bukanlah pribadi yang sangat pantas dikedepankan menjadi panutan para pesepakbola muda. Maradona terkenal dengan gaya hidupnya yang tidak baik, Ronaldo dengan wanitanya yang bertaburan dimana-mana.

Edwin Van de Sar mungkin adalah salah satu kiper terbaik yang pernah dimiliki oleh Manchester United. Bagi kaum hawa, Van der Sar adalah sosok pria idaman. Van de Sar memilih gantung sepatu di kala usianya masih memungkinkan bermain sepakbola bersama salah satu klub terbaik di dunia. Namun, dia memilih gantung sepatu hanya untuk merawat istrinya yang menderita kanker. Sepakbola bukan semata permainan sebelas melawan sebelas, adu fisik di lapangan, dan adu kecerdikan pelatih di bangku cadangan. Sepakbola juga mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, kesetiaan, cinta dan hasrat untuk selalu mengajarkan kebaikan. Semua itu terpatri dalam para bunga sepakbola. Raul, Maldini, dan Van der Sar adalah segelumit bunga sepakbola, yang mengampanyekan nilai-nilai kemanusiaan, cinta dan kesetiaan tiada batas melalui sepakbola.


 (Edwin Van der Sar pensiun dari sepakbola demi merawat instrinya yang terkena kanker. Selalu ada cinta dari sepakbola. Credit: Zimbio)


Selalu ada cinta di dalam sepakbola. Salam Cinta dari Sepakbola,

Daniel Oslanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar