Kolom Daniel Oslanto
Quo Vadis Timnas U-19 ?
Kamis pagi, saya berpikir
mengenai apa topik yang akan saya bahas pada Kolom saya. Tak lama kemudian saya
teringat akan seorang teman yang begitu mengidolakan Evan Dimas dkk. Sebagai
salah satu pecinta sepakbola dalam negeri, saya pribadi cukup takjub dengan
penampilan yang ditunjukkan oleh anak asuh Indra Sjafri, terlebih saya pertama
kali menyaksikan mereka bukan di ajang AFF, tapi saat menghadapi Korea Selatan
di ajang kualifikasi Piala Asia U-19
yang akan digelar di Myanmar. Secara permainan, Maldini Pali dan
rekan-rekannya bermain sangat padu. Sentuhan bola-bola pendek yang menawan, dan
diselingi dengan beberapa aksi individual pemain-pemain marquee seperti Evan Dimas menjadi daya tarik pasukan Garuda Muda.
Menarik untuk membahas pasukan
muda ini. Dimulai dari kisah sang pelatih, Indra Sjafri “blusukan” mencari
bakat-bakat muda ke seluruh pelosok negeri, Sjafri akhirnya menemukan beberapa
pemain bertalenta bagus yang dipersiapkan menghadapi Turnamen AFF U-19. Di laga
final, Timnas muda ini berhasil mengalahkan Vitenam melalui adu penalti. Tak
berhenti sampai disana, Timnas U-19 juga berhasil mengalahkan beberapa
rivalnya, termasuk tim kuat Korea Selatan, sebelum akhirnya memastikan satu
tiket bermain di Piala Asia U-19. Sepanjang persiapannya menuju Turnamen utama
ini, Timnas melakukan pertandingan persahabatan melawan tim- tim lokal, atau
yang lebih akrab disebut dengan Tur Nusantara. Sejauh mengikuti berbagai
pertandingan melawan tim lokal, Timnas U-19 menciptakan sebuah catatan ciamik,
belum pernah terkalahkan. Well,
seharusnya catatan ini bisa menjadi gambaran kekuatan Timnas U-19, namun
bilamana harus jujur, benarkah catatan ini efektif?
Saya terkejut mendengar Timnas
U-19 menghadapi beberapa Tim yang berstatus peserta Liga Super Indonesia,
seperti Mitra Kukar dan Persebaya. Terlebih bila mendengar kabar mereka tidak
kalah melawan tim tersebut. Namun, dahi saya mengernyit setelah mengetahui
bahwa lawan mereka adalah tim muda Klub Liga Super Indonesia itu. Sebagai
regulasi yang dijalankan sejak beberapa tahun lalu, pihak penyelenggara Liga
Super Indonesia sudah membuat kompetisi Liga Indonesia U-21 yang diperuntukkan
para pemain muda klub-klub profesional. Dekandensi rasa kagum pun terjadi
menjadi sebuah kewajaran. Timnas U-19 dan lawannya memiliki usia yang hampir
sama, dan mereka adalah sekumpulan pemain muda terbaik yang ada di negeri ini.
Jadi terasa sangat wajar bila mereka unggul atau tidak terkalahkan dalam laga
tersebut. Selama menjalani Tur Nusantara, timnas menghadapi sekelompok anak
yang masih seumuran mereka, jadi amatlah wajar Timnas urung bisa dikalahkan.
Evan Dimas Menghadapi Lawan seumuran dengan kelas berbeda (credit: blogger)
Sikap optimis bahwa Garuda muda
akan diperhitungkan di ajang Piala Asia U-19 berubah berkurang menuju titik skeptik
bahwa lolos ke babak utama sudah cukup membanggakan. Meski Timnas rutin
menggelar laga selama Tur Nusantara, namun kekuatan Evan Dimas dan kawan-kawan
belum benar-benar teruji melawan tim yang tangguh. Sementara itu, timnas negara
tetangga seperti Singapura dan Myanmar sudah melakukan ujicoba bersama tim luar
negeri yang tentunya jauh lebih kompetitif, untuk menakar kekuatan mereka.
Kondisi ini diperburuk dengan beberapa penampilan Timnas yang jauh dibawah
ekpektasi. Kegemaran Indra Sjafri untuk membongkar pasang timnya selama Tur
Nusantara memperlihatkan beberapa kelemahan elementer dalam tubuh anak asuhnya.
Beberapa pemain cadangan terlihat belum klop dengan pemain yang langganan starting eleven. Terlebih, Timnas U-19
cukup ketergantungan pada peran Evan Dimas, yang begitu sentral di lini tengah.
Evan Dimas, sang Skipper timnas bukan
hanya sekedar menjadi pemimpin di lapangan, tapi juga memperlihatkan
determinasinya dalam pertandingan. Evan sering menjadi pemecah kebuntuan Timnas,
dan bila Evan tidak diaminkan, pola permainan Timnas sedikit goyah. Ini menjadi
salah satu pe-er bagi sang coach, Indra untuk mengembangkan
permainan anak asuhnya dengan dan tanpa sang Kapten.
Mentalitas dan Masa Depan
Menilik bahwa Piala Asia akan
digelar di Myanmar, sangat menarik tentunya melihat bagaimana Paulo Sitanggang
dkk menghadapi atmosfer pertandingan yang berbeda, dimana penonton tidak akan
meneriakkan nama mereka. Curriculum Vitae
tim Garuda Muda ini memang belum pernah memainkan laga di luar Indonesia. Pagelaran
AFF U-19 di gelar di Indonesia, demikian halnya dengan kualifikasi Piala Asia
U-19.
Menilik fakta belum pernahnya
Timnas menghadapi tim lain di luar “Indonesia”, tak heran sebagian pengamat
tetap skeptis dengan kemampuan timnas, meskipun pola bermain dan kekompakan
antar pemain semakin padu dari hari ke hari. Evan Dimas akan menghadapi sebuah
atmosfer berbeda, tekanan yang berbeda saat memainkan lagi di hadapan suporter
lawan. Tentunya mentalitas menjadi sesuatu yang sangat menentukan di laga-laga
seperti ini. Untuk menakar secara objektif kekuatan timnas, bisa dimulai dari
berbagai laga persahabatan yang akan dilakukan di luar negeri kelak.
Timnas U-19 belum pernah bermain di luar Indonesia membuat mentalitas mereka dipertanyakan sebagian pengamat (Credit: Solopos)
Namun, persoalan yang lebih
mengganjal adalah status para penggawa Garuda Muda. Sehabis pagelaran Piala
Asia U-19, para pemain muda hampir dipastikan tercerai berai. Bisa dilihat dari
gelagat para klub profesional Indonesia yang sudah memantau para pemain Timnas
untuk menambah daftar kekuatan mereka untuk mengarungi kompetisi sepakbola
Indonesia. Indra Sjafri tidak akan mampu menahan anak asuhnya untuk bertahan
dalam lingkungan timnas lagi. Dan bila hal itu terjadi, bukankah kita akan
menyaksikan sebuah siklus materi timnas senior kelak yang kualitasnya “itu-itu
saja” kelak?
Quo Vadis Timnas U-19? Pagelaran Piala Asia U-19 adalah sebuah
tiket yang sangat menentukan masa depan para pasukan Garuda Muda. Bila
mengantongi tiket semifinal, berarti Timnas akan berhak tampil di Piala Dunia
U-20 tahun depan. Kompetisi ini telah melahirkan pemain-pemain terbaik di
dunia, mulai dari Cristiano Ronaldo hingga Lionel Messi. Sudah dipastikan
puluhan ribu scout dari berbagai klub
di seluruh dunia datang memantau para bakat-bakat muda, yang akan memperbesar
kesempatan para penggawa timnas bermain di kompetisi yang lebih kompetitif ketimbang
di Indonesia.
Mau dibawa kemana Timnas U-19? Quo Vadis Timnas? Semuanya akan terlihat
dalam beberapa bulan ke depan. Wish
nothing but the best for Young Garuda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar