Barcelona Mengalahkan City di Etihad Stadium
Time to Say Goodbye?
Saya masih ingat, sehabis drawing
Liga Champions, media menyebut Barcelona dihadapkan satu masalah besar. Masalah
itu bernama Manchester City, yang sedang memainkan performa terbaik di Liga
domestik. Tidak tanggung-tanggung, setiap lawan yang bertandang ke Etihad akan
dihadiahi minimal tiga gol dan dipastikan gagal meraih kemenangan. Kondisi itu
berbalik saat Barcelona datang memenuhi undangan City dalam lanjutan babak 16
Besar Liga Champions. City sedang dalam persoalan besar mengingat mereka
kehilangan momentum setelah dikalahkan Chelsea di kandang untuk pertama kali,
persoalan cedera pemain kunci, hingga tidak bertanding di akhir pekan lalu.
Barcelona yang datang ke Etihad
tetap memperagakan Tiki-Taka baru ala Tata Martino. Penguasaan bola menjadi
sesuatu hal yang sangat esensial bagi tim Barcelona. Kebetulan, Pellegrini
justru tidak tertarik melakoni Barcelona untuk mengandalkan ball possesion,
seperti yang selama ini menjadi ciri khas City bila bermain di depan publik
sendiri. Pellegrini justru mengubah skema permainan Koimpany dkk, dimana
Pellegrini berani berjudi dengan memasukkan Alexandre Kolarov dan Jesus Navas
di sisi kiri dan kanan sayap Manchester City. Kedua pemain memiliki kecepatan
yang tentunya menjadi momok bagi Barcelona yang sangat rentan dalam menghadapi
serangan balik cepat.
(Pellegrini memanfaatkan kecepatan Kolarov di sisi kiri untuk mengakomodir skema serangan balik cepat City ketika menghadapi Barcelona. Credit : The Sun)
Sayangnya, skema ini jelas sebuah
blunder bagi Pellegrini. Penguasaan bola yang minim membuat pemain seperti
David Silva dan Yaya Toure sulit untuk berkembang. Hal ini diperparah dengan
Jesus Navas dan kolarov yang sering kehilangan bola, ketika sedang melancarkan
serangan balik. Tak mengherankan bila sepanjang babak pertama, Barcelona
mendikte permainan City. Ruang gerak terbatas dan mentoknya serangan terkadang
membuat Yaya Toure melakukan improvisasi manuver, hingga meninggalkan posnya
sebagai gelandang bertahan, yang akhirnya membuat Barcelona semakin kokoh
menguasai lini tengah.
Pellerini tentunya berharap
kecepatan yang dimiliki oleh Negredo dapat dimanfaatkan untuk membawa
keunggulan bagi Manchester City. Sayangnya, Negredo tidak mampu memaksimalkan
dengan baik peluang yang telah diciptakan oleh rekannya. Alih-alih memainkan
Dzeko yang memiliki postur tinggi dan unggul dalam duel udara, Pellegrini tetap
memaksakan memainkan Negredo yang sangat tidak efektif dalam memanfaatkan
peluang. Petaka itu pun terjadi, ketika Demichelis terlihat menjatuhkan Messi. Tidak
hanya memberikan penalti, wasit juga memberikan kartu merah yang membuat City
semakin sulit untuk mengejar ketertinggalan.
(Kartu Merah Demichelis semakin mempersulit City untuk mengimbangi Barcelona. Credit : Independent)
Memasukkan Dzeko, Nasri dan
Lescott menggantikan Negredo, Kolarov dan Navas, Pellegrini melakukan perjudian
yang tidak lazim. Alih-alih untuk mencoba mencari penyama kedudukan, Pellegrini
memilih untuk mempertahankan “stabilitas” dengan memainkan pola 4-4-1. Pellegrini
seharusnya mencoba memainkan dua penyerang sekaligus, karena kekalahan di
partai ini dengan skor berapapun akan sangat menyulitkan City untuk lolos ke
babak berikutnya. Ditariknya Kolarov dan Navas membuat City tidak lagi memainkan
skema serangan balik, namun mencoba bermain natural, yang sebenarnya sudah
telat mengingat psikologis yang sedang tertinggal dan kalah dalam jumlah
pemain.
(Masuknya Nasri tidak memberikan perubahan berarti bagi permainan City. Credit : The Guardian)
Kemenangan Barcelona pada
pertandingan kali ini dipengaruhi oleh kesalahan Pellegrini dalam memainkan
taktik. Pellegrini justru terlalu berjudi dengan memainkan Kolarov di sisi
sayap kiri dan Navas di sayap kanan. Pellegrini masih punya opsi memainkan
James Milner di sisi kanan, yang terbukti lebih stabil dan kokoh untuk meredam
Jordi Alba yang dalam pertandingan ini begitu leluasa mengekploitasi area yang
sering ditinggalkan oleh Jesus Navas. Silva yang membutuhkan partner setipe
seperti Nasri jelas kesulitan mengembangkan permainan mengingat dalam
pertandingan ini, Busquet hanya perlu memberikan pengawalan ketat terhadap
Silva yang berperan sebagai role play City. Secara keseluruhan, City kalah dari
Barcelona. Dengan defisit kekalahan dua
gol di kandang sendiri, peluang City sangat kecil untuk lolos ke babak berikutnya.
Time to Say Goodbye?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar